Demam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Apabila demam yang dirasakan manusia pada umumnya itu suhunya sekitar 38,5-40 derajat celcius, maka demam yang dirasakan oleh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dua kali lipatnya yaitu sekitar 77-80 derajat celcius; suhu air yang hampir mendidih dan panas. Sebagai gambarannya, dua shahabat beliau yang mulia, Abu Sa’id al-Khudri dan Ibnu Mas'ud radliyal-'Llahu 'anhuma pernah menjenguk, menyaksikan dan meletakkan tangannya di atas selimut beliau dan mendapati panas yang sangat demam yang beliau rasakan. 

Dari Abu Sa’id al-Khudri radliyal-'Llahu ‘anhu berkata,

دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك، فوضعت يدي عليه فوجدت حره بين يدي فوق اللحاف، فقلت: يا رسول الله، ما أشدها عليك! قال: إنا كذلك يضاعف لنا البلاء ويضاعف لنا الأجر، قلت: يا رسول الله، أي الناس أشد بلاءً؟ قال: الأنبياء، قلت: يا رسول الله، ثم من؟ قال: ثم الصالحون، إن كان أحدهم ليبتلى بالفقر حتى ما يجد أحدهم إلا العباءة يحويها، وإن كان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء

“Aku pernah mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang sakit. Kemudian Aku letakkan tanganku di atas selimut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku dapati panasnya (sangat panas karena yang disentuh adalah selimutnya, bukan badannya).

Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, betapa beratnya demam ini!’

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Sesungguhnya kami para nabi, diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.’

Abu Said pun bertanya, ‘wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab;

‘Para nabi, kemudian orang shalih. Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Sungguh para nabi dan orang shalih itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki" (al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (3/372) dishahihkan al-Albani). 

Secara khusus beliau merasakan sakit dua kali lipatnya ketika terkena penyakit. Shahabat yang lainnya yaitu Ibn Mas'ud pun pernah langsung menyaksikan sebagaimana Abu Sa'id menyaksikan, 

Dari Abdullah Ibn Mas’ud radliyal-'Llahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku pernah menjenguk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit panas, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah.’ Maka aku berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟ قَالَ: «أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ» قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِك

“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit panas yang amat berat”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘iya benar, aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat)’, aku berkata, ‘oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat? Beliau menjawab, ‘Benar,’ (Shahih al-Bukhari no. 5648 dan Shahih Muslim no. 2571).

Secara khusus untuk penyakit demam ini Rasulullah saw menjelaskan bahwa demam berasal dari panasnya api neraka dan beliau melarang untuk mencelanya karena justru dengan seseorang ditimpa penyakit demam jika dia bersabar maka akan menjadi penghapus dosa bagi dirinya sendiri,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الحمى من فيح جهنم

”Sesungguhnya penyakit demam (panas) adalah berasal dari panasnya neraka jahanam (Shahih al-Bukhari). 

لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

“Janganlah engkau memaki (mengeluh) ketika demam, karena demam itu menghapus dosa-dosa manusia seperti alat pemanas besi menghilangkan karat" (Shahih Muslim no. 2575).

Demikianlah ujian dan cobaan yang dirasakan oleh Nabi kita yang mulia shallallahu alahi wa sallam. Hal ini semua untuk meningkatkan derajat para nabi, sehingga apabila ada pertanyaan:

“Mengapa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan kedudukan yang paling tinggi dibandingkan manusia dan para nabi yang lain?”

Jawabannya adalah:

“Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan ujian dan cobaan yang paling berat dibandingkan manusia dan para nabi yang lain serta yang paling sabar menghadapinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para nabi adalah yang paling berat ujiannya dan yang paling sabar.

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya berkata, aku berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Kata beliau: “Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar agama (keimanannya). Apabila agamanya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya; kalau agamanya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa (Sunan at-Tirmidzi no.2398, dishahihkan oleh syaikh al-Albani). 

Hal ini menjadi pelajaran dan hikmah bagi kita yang mungkin merasa mendapatkan ujian dan cobaan yang berat. Berharaplah ini adalah cara Allah swt meningkatkan derajat kita di sisi-Nya. 

Jika kita renungkan, apakah ada anak SMA yang mendapatkan ujian soal anak SD untuk naik ke bangku kuliah? Tentu semakin tinggi derajatnya, semakin tinggi pula ujian dan cobaannya.

Jika ada pertanyaan, apakah kita ingin masuk surga? Tentu harus diuji dulu ujian.

Allah Ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَْ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ‘Kami telah beriman’, padahal mereka tidak diuji? Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan orang-orang yang dusta” (QS. al-'Ankabut [29] : 2-3)

Sebagai renungan, berikut gambaran cobaan para nabi dan orang shalih sebelum kita, bantuan baru datang ketika dada-dada mereka hampir sesak dan sangat lama menanti.

Allah Ta’ala berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu  cobaan seperti yang dialami oleh orang-orang sebelummu? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan sehingga Rasul bersama orang-orang beriman berkata, ‘kapan pertolongan Allah datang?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS al-Baqarah [2] : 214).

Semoga kita bisa selalu bersabar ketika mendapatkan ujian dan semoga Allah swt meningkatkan derajat kita di sisi-Nya. Aamiin

Wal-'Llahul-Musta'an

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)