Majelis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Majelis Rasulullah saw merupakan majelis ilmu yang mengajarkan ajaran Islam yang mulia. Majelis beliau dahulu bukanlah majelis yang dipenuhi dengan gelak canda dan tawa. Di majelis beliau para shahabat selalu tersentuh, terkesima bahkan sampai selalu menyebabkan mereka terharu dan menangis dengan tausiah dan nasehat yang disampaikan. Dengan demikian majelis yang sesungguhnya adalah majelis yang disana disampaikan ilmu sehingga dengan ilmu tersebut membuat hati kita semakin takut kepada Allah swt dan mengingatkan kita akan kehidupan yang kekal dan abadi (akhirat).

Adalah Hanzhalah --semoga Allah meridlainya-- seorang shahabat yang langsung menjadi saksi bagaimana keadaan para shahabat ketika mereka berada di majelis Rasulullah saw. Beliau menceritakan ketika sedang bersama nabi saw para shahabat seolah-olah melihat surga dan neraka di depan mata kepala mereka saking memukaunya nasehat dan pesan yang disampaikan nabi saw kepada mereka. 

Dari shahabat Hanzhalah al -Usayyidi --semoga Allah meridlainya--, ia berkata,

لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا ...

"Suatu ketika Abu Bakar pernah menemuiku dan berkata, “Bagaimana keadaanmu 
 Hanzhalah?”. Maka aku katakan, “Hanzhalah termasuk munafiq.” Abu Bakar mengatakan, “Subhanallah! Apa yang kamu ucapkan (apa maksudmu mengatakan begitu)?” maka aku katakan,

"Ketika kami berada di sisi (majelis) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengingatkan kami kepada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah kami benar-benar bisa melihatnya secara langsung dengan mata kepala kami saat itu. Namun, ketika kami sudah meninggalkan majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kami pun sibuk bersenang-senang dengan istri-istri dan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan kami sehingga kami pun banyak lupa ..".
(Shahih Muslim).

Ini menunjukkan bahwa majelis Rasulullah saw merupakan majelis yang syarat akan ilmu sehingga para shahabat benar-benar merasakan atmosfer yang sebenarnya dari apa yang disampaikan; merasa melihat surga dan neraka di depan mata kepala mereka sendiri. MasyaAllah. 

Berbeda dengan sebagaian majelis umat Islam hari ini yang terlalu banyak membuat gelak tawa riang gembira sehingga yang terjadi hanya seperti panggung hiburan atau stand up comedy semata. Jauh dengan majelis Rasulullah saw dulu yang benar-benar menjadikan hati semakin takut kepada Allah swt sehingga berdampak dahsyat pada perubahan amal bukannya malah lebih cenderung menyebabkan hati mati karena terlalu banyak hiburannya daripada rasa takutnya. 

Tertawa, bercanda memang dibolehkan dalam Islam, namun hanya sesekali saja dan tidak boleh sampai dibuat-buat atau berdusta. Jika terlalu banyak dan sering tertawa atau bercanda maka akan berbahaya. Bahayanya bisa sampai mematikan hati. Rasulullah saw mengingatkan, 

لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

“Janganlah kalian banyak tertawa (bercanda), karena banyak tertawa (bercanda) akan mematikan hati.”
(Sunan at-Tirmidzi no. 2227 dan dinyatakan shahih oleh syaikh Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7435).

Majelis ilmu seharusnya semakin menjadikan para penuntutnya semakin takut kepada Allah swt, sehingga ilmu yang didapat berbekas pada amalnya sehari-hari. Ilmu tersebut tentunya ilmu yang menjadikan kita menambah ingat terhadap kehidupan akhirat; semakin banyak menangis (muhasabah) dan mengurangi tertawa (bercanda). 

Jangan sampai juga seorang da'i atau juru dakwah menyampaikan ilmu dengan cara berdusta dengan tujuan agar para pendengar (jama'ah)-nya terhibur bahkan tertawa terbahak-bahak dengan candaan, atau (dakwah)-nya. 

Bahz Ibn Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia” (Sunan Abi Dawud no. 4990 dan Sunan at-Tirmidzi no. 3315. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). 

Ini jauh berbeda dengan Rasulullah saw yang sampai bisa membuat para shahabat menangis dengan tausiah dan nasehat yang beliau sampaikan di majelisnya. Nabi saw pernah memberikan tausiah, 

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ

Surga dan neraka ditampakkan kepadaku (sewaktu mi'raj), maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (di surga dan neraka), kalian benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Anas Ibn Mâlik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para shahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis tersedu-sedu (Shahih Muslim, no. 2359).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, 

“Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku ketahui semua yang aku lihat hari ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak menangis” (Syarah Muslim, no. 2359).

Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allah Azza wa Jalla dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati. Lihatlah para shahabat begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasihat! Tidak sebagaimana kebanyakan orang di zaman ini. Memang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agama. Mereka adalah salafus-shâlih yang mulia, maka selayaknya kita meneladani mereka (Bahjatun-Nâzhirîn Syarah Riyâdlus-Shâlihin 1/475; no. 41).

Semoga kita selalu istiqamah berada dalam majelis Rasulullah saw, yaitu majelis para ulama yang benar-benar mengkaji Islam dengan benar sehingga semakin menjadikan kita takut kepada Allah swt, ingat kepada akhirat dengan memperbanyak menangis dan mengurangi tertawa agar hati tidak mati dengan sendirinya. Aamiin

Wal-'Llahul-Musta'an

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)