_Al-Qur`an diturunkan bukan hanya untuk dibaca, dihafal dan dipelajari saja, lebih jauhnya harus mampu sampai diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam adalah pewaris al-Qur`an; Allah swt menjelaskan diantara pewaris al-Qur`an itu ada yang disebut zhalim linafsih, muqtashid dan sabiqun bil-khairat. Momen akhir dan awal tahun baru seringkali dijadikan momen bermuhasabah. Dengan demikian kita wajib bermuhasabah selaku pewaris al-Qur`an tersebut; Dari tiga model (kategori) umat Islam tersebut, termasuk yang manakah diri kita?_
Dalam QS. Fathir [35]: 32 Allah swt memotret umat Islam terbagi menjadi tiga golongan (model/kategori) sebagai pewaris al-Qur`an.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّـهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢
_“Kemudian Kitab (al-Qur`an) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami (umat Islam), lalu di antara mereka ada yang *menganiaya diri mereka sendiri* (zhalim linafsih) dan di antara mereka ada yang *pertengahan* (muqtashid) dan diantara mereka ada (pula) yang *lebih bersegera/terdepan berbuat kebaikan-kebaikan (amal shalih)* (sabiqun bil-khairat) dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”_ (QS. Fathir [35] : 32).
Salah satu ulama tafsir, Imam al-Qurthubi mengatakan terkait tafsir surat Fathir [35] : 32;
_"Ayat ini bisa dijadikan sebagai cermin dan bahan muhasabah (introspeksi diri) bagi seorang muslim setiap saatnya dalam kehidupan sehari-harinya; apakah ia termasuk dalam golongan pertama (paling rendah/minimal), golongan kedua (pertengahan/aman), atau menempati posisi golongan ketiga (terbaik/maksimal) dalam setiap sikap, perkataan dan tindakan_ (Kitab al-Jâmi li Ahkâmil-Qur`ân, 14/302-303).
Ayat lain yang semakna pun menjelaskan kondisi dan kedudukan mereka di akhirat kelak.
وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً, فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ, وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ, وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ, أُولَٰئِكَ الْمُقَرَّبُونَ, فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
_Dan kamu menjadi tiga golongan; yaitu *golongan kanan (muqtashid)*, alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan *golongan kiri (zhalim linafsih)*, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
Dan *orang-orang yang lebih bersegera berbuat kebaikan-kebaikan (sabiqun bil-Khairat) mereka itulah orang yang terdekat (kepada Allah swt)* berada dalam surga yang penuh kenikmatan_ (QS. al-Waqi'ah [56] : 7-12).
》 3 Golongan (Kategori) Umat Islam Yang Dimaksud;
Berikut perbandingan dan rincian amalan-amalan mereka selama di dunia berdasarkan sabda Rasulullah saw dalam Ringkasan Terjemah Tafsir Ibn Katsir Jilid 3 Halaman 700.
(1) _Zhalim Linafsih_/Merugikan Diri Sendiri (Muslim/Fasiq); Meninggalkan sebagian kewajiban dan mengerjakan sebagian hal yang diharamkan.
(2) _Muqtashid/Pertengahan (Mu`min/Beriman); Mengerjakan seluruh kewajiban, meninggalkan seluruh hal yang diharamkan, meninggalkan sebagian yang disunnahkan dan mengerjakan sebagian yang dimakruhkan.
3) _Sabiqun bil-khairat_/Paling Terdepan Dalam SegalanKebaikan (Muhsin/Ihsan); Mengerjakan seluruh kewajiban, mengerjakan seluruh hal yang disunnahkan, meninggalkan seluruh hal yang diharamkan, meninggkalkan seluruh hal yang dimakruhkan dan meninggalkan sebagian yang mubah (tidak bermanfa'at).
Adapun nasib kelak mereka di akhirat adalah sebagai berikut.
فَأَمَّا السَّابِقُ بِالْخَيْرَاتِ فَيَدْخُلُهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَأَمَّا الْمُقْتَصِدُ فَيُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا، وَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُصِيبُهُ فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ
_Bahwa adapun orang yang lebih bersegera berbuat kebaikan-kebaikan *(sabiqun bil-khairat), maka ia memasuki surga tanpa hisab*. Orang yang pertengahan *(muqtashid), maka ia hanya mendapat hisab yang ringan/mudah*. Dan orang yang aniaya kepada dirinya sendiri *(zhalim linafsih), maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat pemberhentiannya (Padang Mahsyar)*_ (Ringkasan Terjemah Tafsir Ibn Katsir Jilid 3 Halaman 701)
Ayat-ayat al-Qur`an yang lain menjelaskan lebih rinci sebagai berikut;
1) Zhalim Linafsih
وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
_Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur-baurkan amalan yang baik dengan amalan lain yang buruk *(zhalim linafsih)*. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang_ (QS. at-Taubah [9] : 102).
"فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ"
_Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri *(zhalim linafsih)*, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga_ (Terjemah LengkapTafsir Ibn Katsir QS. Fathir [35] : 32 Halaman 1).
وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ،
_Sebagian yang terakhir *(zhalim linafsih)* dicuci dan dibersihkan (dari dosa-dosanya di dalam neraka). Kemudian para malaikat datang, lalu berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata.” Lalu Allah Swt. berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka_ (Terjemah LengkapTafsir Ibn Katsir QS. Fathir [35] : 32 Halaman 1).
2) Muqtashid
وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
_Sebagian yang lainnya lagi *(muqtashid)* mendapat hisab yang ringan/mudah, kemudian masuk ke dalam surga_ (Terjemah Lengkap Tafsir Ibn Katsir--Ibid).
3) Sabiqun Bil-Khairat
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ
_Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan banyak amal yang shalih *(sabiqun bil-Khairat)*; dan amat sedikitlah mereka ini_ (QS. Shâd [38] : 24).
فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ
_Sebagian dari mereka *(sabiqun bil-Khairat)* masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab_ (Terjemah Lengkap Tafsir Ibn Katsir--ibid).
وَتِلْكَ ٱلْجَنَّةُ ٱلَّتِىٓ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
_Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan_ (QS. Az-Zukhruf [43] : 72)
Begitu pula dalam ayat,
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
_“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”_ (QS. An-Nahl [16] : 32)
Ayat-ayat di atas tentu tidak bertentangan dengan hadits bahwa masuk surga bukan karena amal, melainkan atas rahmat, karunia dan maghfirah Allah swt. Karena pada hakikatnya seseorang mendapatkan rahmat, karunia dan maghfirah Allah swt. Artinya fokus kita hanya beramal agar dengannya rahmat, karunia dan maghfirahnya dianugerahkan-Nya kepada kita.
Dalam hadits disebutkan,
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
_Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia, rahmat dan maghfirah-Nya.”_ (HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816).
Dengan demikian bisa dipastikan semua pewaris al-Qur`an tersebut insyaAllah akan masuk surga, hanyasanya berbeda dari cara awal masuknya. Itu semua tergantung dari bagaimana pengamalan dan sikap mereka terhadap al-Qur`an selama hidup di dunia, juga tentu peran karunia, rahmat dan maghfirah Allah swt atas mereka.
Semoga kita menjadi para pewaris al-Qur`an yang terbaik; minimal menjadi muqtashid, maksimal menjadi sabiqun bil-khairat. Aamiin.
Wal-'Llahul-Musta'an
Komentar
Posting Komentar