Musibah Sebagai Penghapus Dosa-dosa
Rasulullah saw menyatakan bahwa setiap musibah dengan beraneka ragam bentuknya yang menimpa orang beriman merupakan penghapus dosa-dosa atas mereka. Dengan demikian sepantasnya kita seharusnya berbahagia dibalik setiap musibah yang menimpa.
Rasulullah saw bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah musibah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti, sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya" (Shahih al-Bukhari no. 5641 dan Shahih Muslim no. 2573).
Dalam hal ini pula Allah swt berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ
"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu maka disebabkan kejelekan yang
perbuat (QS. an-Nisa` [4] : 79).
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS.as-Syura` [42] : 30).
Berdasarkan kedua ayat di atas sangatlah jelas bahwa segala kebaikan berasal dari Allah swt, sebaliknya dari itu bahwa segala keburukan termasuk musibah adalah disebabkan perbuat dosa yang telah dilakukan. Allah swt lebih memperjelas dalam ayat berikut,
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
Sapa yang mengerjakan keburukan (dosa), pasti akan dibalas (QS. an-Nisa` [4] : 123)
Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya berdasarkan riwayat mengenai penjelasan Rasulullah saw kepada Abu Bakar ra bahwa dosa itu bagi orang-orang beriman dibalas melalui sakit, sedih, musibah dan hidup susah (Tafsir Ibn Katsir QS. an-Nisa`[4] : 123).
Pada kesempatan lain Rasulullah saw menjelaskan,
يُصِيبُ رَجُلًا خَدْشُ عُودٍ وَلَا عَثْرَةُ قَدَمٍ، وَلَا اخْتِلَاجُ عِرْقٍ إِلَّا بِذَنْبٍ، وَمَا يَعْفُو اللَّهُ أَكْثَرُ»
Tidak sekali-kali seseorang terkena lecet (karena tertusuk) kayu, tidak pula kakinya tersandung, tidak pula uratnya terkilir, melainkan disebabkan karena dosanya, tetapi yang dimaafkan oleh Allah jauh lebih banyak (Tafsir Ibn Katsir QS.as-Syura` [42] : 30).
Ini menunjukkan bahwa beraneka ragamnya musibah yang menimpa memang sebagai penghapus dosa-dosa bagi orang-orang beriman agar mereka meninggalkan alam dunia dalam keadaan bersih dari dosa.
فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan musibah hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa (Sunan at-Tirmidzi no. 2398, Sunan Ibn Majah no. 4024, Sunan ad-Darimi no. 2783, Musnad Ahmad (1/185). Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Semoga kita mampu bersabar di setiap musibah yang menimpa. Aamiin
Wal-'Llahul-Musta'an
Komentar
Posting Komentar