Ashhabul-A'raf
Selain Jahannamiyyin ada golongan yang disebut Ashhabul-A'raf; mereka adalah umat Islam yang kelak di akhirat ditangguhkan masuk surga dan tidak masuk ke dalam neraka. Ketika ditimbang di yaumul-mizan amalan mereka sama (seimbang -+50:50) antara pahala dan dosanya. Mereka berada di tempat tertinggi di akhirat di antara batas surga dan neraka. Surga dan neraka terlihat dari atas al-A'raf; ketika melihat penghuni surga, mereka terpesona melihat keindahan dan kenikmatannya dan ingin memasukinya, begitupun ketika melihat penghuni neraka, mereka ketakukan melihat kesengsaraan dan penderitaan dan berlindung kepada Allah swt darinya. Namun apadaya mereka tidak bisa masuk surga walaupun mereka ingin segera masuk. Lalu bagaimanakah nasib mereka di akhirat?
Terkait Ashhabul-A'raf ini Allah swt sampai mengabadikannya langsung dalam al-Qur`an surat ke-7 yakni al-A'raf; di dalamnya dijelaskan beberapa ayat terkait mereka yang kelak ditangguhkan masuk surga, mereka ingin segera masuk ke dalamnya namun belum dapat masuk. Mereka pun tidak masuk neraka, hanyasanya mereka harus mendaki tempat tinggi terlebih dahulu di akhirat untuk menentukan tempat akhir mereka.
Mujahid mengatakan bahwa A'raf ialah batas yang menghalang-halangi antara surga dan neraka, yaitu berupa tembok tinggi yang mempunyai sebuah pintu. Sedangkan Ibn Jarir mengatakan bahwa الْأَعْرَافُ adalah bentuk jamak dari' عُرْف yang artinya setiap tanah yang tinggi, menurut orang Arab disebut demikian. Sesungguhnya jengger ayam jago dinamakan عُرْفًا karena ia berada di tempat yang paling tinggi.
Beberapa ayat memotret keadaan mereka di akhirat,
وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ ۚ وَعَلَى ٱلْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّۢا بِسِيمَىٰهُمْ ۚ وَنَادَوْا۟ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ أَن سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ ۚ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ
وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
وَنَادَىٰٓ أَصْحَٰبُ ٱلْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُم بِسِيمَىٰهُمْ قَالُوا۟ مَآ أَغْنَىٰ عَنكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ
أَهَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ ٱللَّهُ بِرَحْمَةٍ ۚ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَآ أَنتُمْ تَحْزَنُونَ
Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raf (tempat tertinggi) ada orang-orang yang saling mengenal dengan tanda-tandanya. Mereka menyeru penghuni surga "Salam sejahtera bagimu". Mereka belum dapat masuk, tetapi mereka ingin segera masuk. Apabila pandangan mereka dilihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata "Ya Rabb kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama orang-orang zhalim itu. Orang-orang di atas A'raf itu menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan ternyata tidak ada manfa'atnya bagimu. Itukah orang-orang yang telah kamu sumpahi bahwa mereka tidak akan mendapat Rahmat Allah? Allah berfirman (kepada orang-orang beriman) "Masuklah ke surga! Tidak ada rasa takut kepadamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati (QS. al-A'raf [7] : 46-49).
Berdasarkan ayat-ayat di atas mereka akhirnya masuk surga atas perintah Allah swt.
Sebagian ulama menjelaskan Ashhabul-'Araf ini adalah mereka yang berhasil melewati jembatan (shirath) yang pertama, namun ditahan di jembatan yang kedua, tepatnya di jembatan yang bernama _Qantharah_; yakni jembatan kedua sebelum pintu surga. Mereka yang ditahan di jembatan ini diqishash terlebih dahulu dikarenakan dosa-dosa yang belum bersih terkait hak adami (manusia) baru kemudian dipersilahkan masuk surga, seperti utang piutang yang belum lunas dan belum terbayarkan oleh ahli waris, belum sempat berdamai (ishlah) sebelum meninggal dunia ketika ada persengketaan, dan berbagai macam dosa terkait hubungan antar sesama yang belum diselesaikan di dunia.
Rasulullah saw bersabda,
يَخْلُصُ المُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ، فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الجَنَّةِ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
“Setelah orang-orang beriman selamat melewati jembatan pertama di atas neraka), mereka tertahan di Qantharah yang ada di antara surga dan neraka. Maka ditegakkanlah qishash di antara mereka akibat kezhaliman yang terjadi di antara mereka selama berada di dunia. Setelah dibersihkan dan dibebaskan, mereka pun diizinkan masuk surga. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh mereka lebih mengetahui tempat mereka di surga daripada tempatnya ketika berada di dunia" (Shahih al-Bukhari no. 6535).
Di qantharah juga, terjadi qishash untuk menghilangkan rasa dendam, hasad dan rasa dengki di antara orang-orang yang beriman. Dan ketika telah bersih, mereka akan masuk ke dalam surga,
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
“Kami lenyapkan semua rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara dan duduk berhadap-hadapan di atas di tempat yang nyaman” (QS. al-Hijr [15]: 47).
Syaikhul-Islam Ibn Taimiyah rahimahullah berkata,”
Jika mereka telah melewati jembatan/shirath, mereka berhenti di Qantharah yang berada di antara surga dan neraka. Sebagian mereka pun diqishash atas sebagian yang lain. Ketika telah dibersihkan dan dibebaskan, mereka pun diijinkan untuk masuk ke dalam surga" (Majmu’ Fatawa, 3/147).
Qishash di qantharah berbeda dengan qishash yang terjadi di padang Mahsyar. Qishash yang terjadi di padang Mahsyar bersifat umum, terjadi antara orang beriman dan orang kafir, atau antara calon penduduk surga dengan calon penduduk neraka, atau antara sesama calon penduduk neraka. Qishash ini adalah dengana menyerahkan pahala kepada pihak yang dizhalimi; dan jika pahalanya sudah habis, maka dosa pihak yang dizhalimi akan diserahkan kepada pihak yang menzhalimi. Sedangkan qishash di qantharah hanya terjadi di antara orang beriman (setelah mereka selamat melewati shirath) untuk menyucikan hati mereka sebelum masuk ke dalam surga.
Oleh karena itu kita dianjurkan saling menghalalkan atas kezhaliman kita selama di dunia sebelum diqishah kelak di akhirat,
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Siapa yang pernah berbuat zhalim kepada saudaranya terhadap kehormatannya atau yang lainnya, hendaknya meminta orang tersebut menghalalkan dirinya dari perbuatan aniaya tersebut hari ini sebelum datang hari tidak ada uang dinar dan dirham untuk menebusnya. Apabila ia memiliki amal shalih, maka akan diambil amal shalih darinya sebanding dengan perbuatan kezhalimannya. Apabila tidak memiliki amal shalih, maka akan diambilkan dosa saudaranya dan dilimpahkan kepada dirinya (Shahih al-Bukhâri no. 2269).
Dengan demikian sangat jelas bahwa Ashhabul-A'raf adalah mereka umat Islam yang sebanding pahala dan dosanya ketika ditimbang; mereka tidak masuk neraka dan tidak langsung masuk surga tetapi mendaki tempat tertinggi terlebih dahulu dan ditahan di jembatan Qantharah untuk dihukum qishash terhadap kezhaliman diantara sesama manusia selama di dunia, setelah selesai barulah dipersilahkan masuk surga.
Semoga kita mampu menyelesaikan semua urusan kita sebelum kita meninggal dunia. Aamiin
Wal-'Llahul-Musta'an
Komentar
Posting Komentar