Jangan Mengharapkan Kematian!

Berbagai macam musibah, masalah dan cobaan yang datang silih berganti tidak sedikit menyebabkan sebagian orang putus asa, menderita, gundah gulana, resah dan hilang harapan; mereka sampai pada satu titik mengharapkan kematian yang akhirnya sampai mengakhiri hidupnya (bunuh diri). Padahal ajaran Islam melarang mengharap kematian bahkan bunuh diri sekalipun. 

Kehidupan meniscayakan lika-likunya; bahagia, sedih, senang, susah, gembira dan menderita. Ini semua akan datang silih berganti. Ibarat episode dalam sebuah film tidak akan selamanya baik, adakalanya buruk. Namun itulah sunnatullah; ada takdir baik, ada juga takdir buruk. Ini semua mesti diyakini karena termasuk pada ranah aqidah yang wajib diimani. Rasulullah saw bersabda,

وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّه

Kamu (wajib) beriman pada takdir baik dan takdir buruk (Shahih Muslim no. 8).

Pada umumnya semua manusia hanya menginginkan takdir yang baik dan menolak takdir buruk. Hanya orang-orang beriman saja yang pasti meyakini dua takdir tersebut. Mereka akan bersyukur jika mendapatkan kesenangan (takdir baik), dan akan bersabar ketika mendapatkan kesusahan (takdir buruk).

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin itu. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya (Shahih Muslim, no. 2999).

Adapun manusia pada umumnya tentu hanya menginginkan takdir baik. Sehingga ketika takdir buruk menimpa meraka jauh dari akhlaq sabar. Maka yang terjadi adalah kesedihan, kekecewaan, putus asa, menderita, gundah gulana, resah dan hilang harapan. Akhirnya tidak sedikit dari mereka yang mengharapkan mati dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ini pertanda ketidakyakinan atas takdir buruk sehingga mereka memilih jalan pintas yang dihembuskan iblis ke dalam hatinya. Wal-'iyadzu bil-'Llah

Dalam hal ini Rasulullah saw sudah memberikan solusinya,

لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي

“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang sangat ingin, hendaknya dia berdo'a, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku” (Shahih al-Bukhari no. 6351, 5671 dan Shahih Muslim no. 2680).

Para ulama menjelaskan, haram hukumnya mengharapkan kematian karena musibah dunia yang menimpa. Ini suatu hal yang tercela dan tidak layak menjadi pengharapan. Seharusnya kita berdo'a ketika sudah tidak kuasa menghadapi musibah dunia yang menimpa, agar Allah swt memberikan jalan keluar terbaik apakah kita masih layak hidup atau harus mati, tanpa harus mengharapkan mati dan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Sebaliknya dari itu Rasulullah saw menjelaskan dan memuji orang-orang shalih yang mengharapkan mati karena musibah agama; mereka berharap mati karena takut terkena fitnah dunia; takut dengan lamanya hidup malah tambah banyak dosa, miris melihat banyak masyarakat yang seolah tidak minat lagi dan butuh terhadap ilmu agama, banyak meninggalkan ibadah dan banyak terjadinya pembunuhan.

Diriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah ra ‘anhu, Rasulullah saw bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ


“Kiamat tidak akan terjadi sampai ada seseorang (yang shalih) melewati kuburan orang lain dan dia mengatakan (dalam hatinya), “Duhai, seandainya aku menempati posisinya (di dalam kubur itu) (Shahih al-Bukhari no. 7115 dan Shahih Muslim no. 157).

Inilah sebaik-baik pengharapan bagi orang-orang shalih. Bagi mereka harapan ingin mati bukan karena musibah dunia, tapi musibah agama. Tentunya orang-orang shalih tidak akan sampai mengakhiri hidupnya, mereka mengharapkan mati karena hanya sebatas rindu bertemu dengan Allah swt karena banyaknya musibah agama yang terjadi di depan matanya.

Dengan demikian sangat jelas berbeda antara harapan kematian karena musibah dunia dan musibah agama. Mengharap mati karena musibah dunia haram, sedangkan mengharap mati karena musibah agama tidak berdosa, bahkan termasuk hal yang terpuji dan ciri keshalihan orang tersebut.

Wal-'Llahu a'lam bis-shawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)