Keshalihahan Dan Kesabaran Ummu Sulaim
Ummu Sulaim, atau sering dipanggil Rumaysho--semoga Allah meridlainya-- merupakan istri shahabat Abu Thalhah; sebagai seorang istri, dia benar-benar mampu menjadi istri yang shalihah bagi suaminya. Bahkan ketika anak bayinya wafat sekalipun beliau mampu bersabar dan tetap melayani suaminya dengan sepenuh hati. Tidak heran buah kesabaran Ummu Sulaim diganjar Allah swt dengan diberikan kembali seorang anak yang bernama Abdullah. Dari Abdullah ini lahir 9 anak yang menjadi penghafal al-Qur`an sekaligus ulama. Para istri kaum muslimin mesti mencontoh akhlaq beliau.
Ummu Sulaim merupakan salah satu wanita atau shahabiyah yang pertama memeluk Islam dan memiliki banyak kontribusi dalam Islam. Ia berasal dari kalangan Anshar dan merupakan ibu dari Anas Ibn Malik, salah satu shahabat Nab saw yang meriwayatkan banyak hadits.
Ummu Sulaim sampai menugaskan anaknya, Anas ibn Malik, untuk menjadi pelayan (khadim) di rumah Rasulullah saw tanpa pamrih. Jauh sebelum itu, Ummu Sulaim kukuh dengan pendiriannya untuk masuk Islam sampai rela ditinggal oleh suaminya yang mati dalam keadaan kafir, Malik ibn an-Nadlr. Ia pun menyelamatkan anak lelakinya, Anas ibn Malik, dari pengaruh ayahnya dengan menalqinkan la ilaha illal-‘Llah dan mendidiknya dalam agama Allah meski berstatus single parent.
Ketika Abu Thalhah kemudian datang melamarnya, ia minta agar mahar pernikahannya adalah hanya Abu Thalhah masuk Islam, meski ia petani kurma yang paling kaya di Madinah. Atas keshalihannya membimbing Islam kepada suaminya, Abu Thalhah pun menjadi seorang shahabat yang dermawan. Beliau adalah orang yang menshadaqahkan kebun kurmanya yang paling luas dan paling baik, Bairuha, ketika turun firman Allah swt surat Ali ‘Imran [3] : 92 (Shahih al-Bukhari no. 1461). Selama berumah tangga dengan Abu Thalhah, ia dan suaminya termasuk yang sering memberi makanan kepada keluarga Rasulullah saw.
Ummu Sulaim juga pernah sengaja menyembunyikan kewafatan adiknya Anas hanya untuk ‘menjamu’ suaminya, Abu Thalhah yang baru pulang dari berdagang. Dari peristiwa malam itu, Nabi saw mendo’akannya, dan kemudian mendatangkan cucu 9 orang yang semuanya hafal al-Qur`an. Berikut riwayat yang dimaksud,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – قَالَ كَانَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ يَشْتَكِى ، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ ، فَقُبِضَ الصَّبِىُّ فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ مَا فَعَلَ ابْنِى قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ . فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ فَتَعَشَّى ، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ وَارِ الصَّبِىَّ . فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ « أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ » . قَالَ نَعَمْ . قَالَ « اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا » . فَوَلَدَتْ غُلاَمًا قَالَ لِى أَبُو طَلْحَةَ احْفَظْهُ حَتَّى تَأْتِىَ بِهِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَأَتَى بِهِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ ، فَأَخَذَهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « أَمَعَهُ شَىْءٌ » . قَالُوا نَعَمْ تَمَرَاتٌ . فَأَخَذَهَا النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَمَضَغَهَا ، ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا فِى فِى الصَّبِىِّ ، وَحَنَّكَهُ بِهِ ، وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ .
Dari Anas Ibn Malik ra, ia berkata bahwa putera Abu Thalhah sakit. Ketika itu Abu Thalhah keluar, lalu puteranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh puteraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Thalhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya puteranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah saw dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah saw pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Thalhah menjawab, “Iya.” Beliau saw lalu mendo’akan, “Allahumma barik lahuma, Ya Allah berkahilah mereka berdua.” Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Thalhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi saw dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi saw.Nabi saw mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dengan meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan ‘Abdullah (Shahih Bukhari no. 5470 dan Shahih Muslim no. 2144).
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَاتَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا ». قَالَ فَحَمَلَتْ
Dari Anas, ia berkata mengenai putera dari Abu Thalhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata pada keluarganya, “Jangan beritahu Abu Thalhah tentang anaknya sampai aku yang memberitahukan padanya.” Diceritakan bahwa ketika Abu Thalhah pulang, istrinya Ummu Sulaim kemudian menyediakan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, apakah tidak dibolehkan untuk diambil?” Abu Tholhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim, “Bersabarlah dan berusaha raih pahala karena kematian puteramu.” Abu Thalhah lalu marah kemudian berkata, “Engkau biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah, lalu engkau kabari tentang kematian anakku?” Abu Thalhah pun bergegas ke tempat Rasulullah saw dan mengabarkan apa yang terjadi pada beliau saw. Rasulullah saw pun mendo’akan, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam malam kalian itu.” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi (Shahih Muslim no. 2144).
Kisah diatas menunjukkan keshalihahan dan kesabaran shahabiyah Ummu Sulaim. Dari kisah di atas kita bisa melihat bagaimana kuatnya kesabaran Ummu Sulaim atau Rumaysho, sungguh ia begitu penyabar. Sampai-sampai ketika puteranya meninggal dunia pun, ia bisa bersabar seperti itu. Ketika dapat musibah kala itu, ia masih bisa tetap melayani suaminya seperti biasa, bahkan ia pun berdandan begitu istimewa demi memuaskan suaminya di ranjang. Tatkala suaminya puas, baru ia kabarkan tentang kematian puteranya. MasyaAllah … Sungguh kesabaran yang luar biasa. Sosok istri yang sangat langka dan luar biasa.
Semoga para istri kaum muslimin mampu meneladani sosok Ummu Sulaim dalam kehidupan berumah tangga. Aamiin
Wal-'Llahul-Musta'an
Komentar
Posting Komentar