Perbanyaklah Mengingat Kematian!

Kematian adalah nasehat terbaik dan guru kehidupan, sedikit saja kita lengah dari memikirkan mati, maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan; Pepatah tersebut selaras dengan perintah Rasulullah saw agar umatnya banyak mengingat kematian. Dengan memperbanyak mengingatnya kelezetan dunia akan sirna dengan sendirinya. 

Pada hari itu ia begitu bahagia menikamati indahnya alam ciptaan Allah swt bersama anak-anak dan keluarganya, penuh keceriaan hidup dengan kesenangan dan kesehatan terjamin. tertawa melihat tingkah polah anak-anaknya yang lucu, begitu pula ia juga ditertawakan oleh anak-anaknya. lalu ia tiba-tiba disergap oleh suatu malam, malam ia pada saat dijemput oleh suatu kematian.

Malam itulah malam pertama ia berada di alam kubur. Sendiri dicekam sepi gelap yang tak pernah terbayang. Hilanglah sudah semua gemerlapnya dunia. Rumah yang dengan jerih payah bertahun-tahun kita bangun. Istri yang cinta dan pengabdiannya begitu tulus. Anak yang melekat padanya darah daging kita. orang tua yang tetesan kasih sayangnya mengalir di tubuh kita. Dan perusahaan yang mati-matian kita habiskan waktunya untuknya. Mobil mewah yang selalu jadi kebanggaan. Tapi kini hari itu telah pergi...masa pun telah tiada.

Yang tersisa hanya dosa yang terus terbayang. Teringat akan istri yang senantiasa diterlantarkan hak-haknya. Anak yang telah kita kotori dari nafkah yang haram. Orang tua yang disisa hidupnya belum sempat dibahagiakan. Handaitaulan yang meminta bantuan kita biarkan. Dan kawan-kawan yang telah banyak kita kecewakan. Ya, Allah masihkah ada hari-Mu untukku?. Agar bisa ku tuntaskan semua urusan.

Lilitan hutang yang belum terbayar. Banyaknya amanah dan kepercayaan yg tidak disampaikan, Beribu janji yang sering diingkari. Dan uang korupsi yang telah kita nikmati dan kita bagi. Namun kini
sudah tertutup rapat. Bertaubat sudah terlambat menyesali diri sudah tak berarti. Dan tinggallah sendiri menanggung beban dosa dan kesalahan yang tak terma'afkan. Merasakan penderitaan yang panjang tiada berakhir.

Dalam berbagai riwayat hadits Rasulullah saw menjelaskan keutamaan memperbanyak kematian.

Rasulullah saw bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ, الموت

“Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kelezatan hidup, yaitu kematian” (Sunan an-Nasa`i no. 1824, Sunan at-Tirmidzi no. 2307, Sunan Ibn Majah no. 4258, Musnad Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh al-Albani).

Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut hadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Bahkan orang-orang yang cerdas menurut Rasulullah saw adalah mereka yang banyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati.

قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

Mukmin manakah yang paling cerdas?” Rasulullah saw bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya (akhirat), itulah mereka yang paling cerdas" (Sunan Ibn Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh al-Albani).

Dengan banyak mengingat kematian juga akan mampu membantu kita khusyu’ dalam shalat. Rasulullah saw bersabda,

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها


Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya (HR. ad-Dailami dalam musnad al-Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh al-Albani).

Terkahir, dengan banyak mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Rasulullah saw bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه


Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat) (Ibn Hibban dan al-Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani).

Sekarang, adakah dalam hati kita mati itu sebagai penasehat ?
Semoga, selagi masih ada waktu.

Wal-'Llahul-Musta'an

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)