Tempat Akhir Yang Mulia Bagi 'Ibadurrahman

_Allah swt menjelaskan bahwa 'Ibadurrahman akan mendapatkan tempat akhir yang mulia (surga) dikarenakan kesabaran dan akhlaq mulia yang mereka miliki_

Allah swt berfirman,

أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76)

_Mereka ('Ibadurrahhman) itu adalah  orang-orang yang akan dibalas  dengan kedudukan tinggi dalam surga karena kesabaran mereka. Di sana, mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu  tempat menetap dan tempat kediaman yang paling baik_ (QS. al-Furqan [25] : 75-76).

Balasan di atas berisi kenikmatan-kenikmatan di surga yang akan ‘Ibadurrahman peroleh. Itulah balasan bagi mereka yang beriman dan memiliki sifat-sifat mulia berupa amalan dan perkataan yang mulia. Balasan tersebut adalah:

Pertama: Ghurfah, yaitu surga. 

Abu Ja’far al-Baqir, Sa’id Ibn Jubair, ad-Dlahhak, dan as-Sudi berkata bahwa surga dinamakan dengan ghurfah yang asalnya bermakna loteng (yang tinggi) karena ketinggian surga tersebut.

Kedua: Karena kesabaran mereka menjalani sifat-sifat tersebut, mereka mendapatkan tahiyyah dan salam dari para malaikat. 

Maksudnya, mereka mendapatkan penghormatan dan pemuliaan. Malaikat akan menemui mereka dari segala pintu di surga dan mereka pun berkata 

_Salamun ‘alaikum bima shabartum_

_Salam bagi kalian karena kesabaran kalian_

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt,

وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ , سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

“Sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah nikmatnya tempat kembali seperti itu_ (QS. ar-Ra’du [13] : 24).

Ketiga: Mereka kekal di dalam surga.

Tidak akan mati, tidak akan binasa dan penghuni surga tidak ingin keluar dari kenikmatan di dalamnya. 

Sebagaimana Allah swt berfirman,

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

_Adapun tempat orang-orang yang berbahagia itu di surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Rabbmu menghendaki hal lain; sebagai karunia yang tidak terputus_ (QS. Hud [12] : 108).

Inilah keyakinan yang benar pada akhirat dan surga, bahwa surga itu kekal. Sebagaimana didukung dalam ayat dan hadits. Di antara hadits yang menyebutkan hal ini,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَ أَهْلُ النَّارِ النَّارَ ، ثُمَّ يَقُومُ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ يَا أَهْلَ النَّارِ لاَ مَوْتَ ، وَيَا أَهْلَ الْجَنَّةِ لاَ مَوْتَ ، خُلُودٌ

_Jika penduduk surga telah memasuki surga dan penduduk neraka telah memasuki neraka, kemudian seseorang akan meneriaki di antara mereka, “Wahai penduduk neraka, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Kalian akan kekal di dalamnya_ (Shahih al-Bukhari no. 6544 dan Shahih Muslim no. 2850).

Ibn Jarir at-Thabari berkata mengenai ayat dari surat Hud di atas,

خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ

_Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi_

Ibn Jarir at-Thabari rahimahullah mengatakan, 

Orang Arab biasanya jika ingin mensifatkan sesuatu itu kekal selamanya, maka mereka akan mengungkapkan dengan,

هذا دائم دوام السموات والأرض

_Ini kekal selama langit dan  bumi ada.” Namun maksud ungkapan ini adalah kekal selamanya_ (Tafsir at-Thabari, 12: 578).

Selain membawakan perkataan Ibn Jarir at-Thabari, Ibn Katsir membawakan penafsiran lain. Beliau rahimahullah mengatakan, 

_Boleh jadi dipahami bahwa maksud ayat “selama langit dan bumi itu ada” adalah jenis langit dan bumi (maksudnya: langit dan bumi yang beda dengan saat ini, pen). Karena sudah pasti alam akhirat juga ada langit dan bumi (namun berbeda dengan saat ini, pen)_

Buktinya adalah firman Allah swt,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ

_Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit_ (QS. Ibrahim [14] : 48).

Oleh karena itu, Hasan al-Bashri menjelaskan mengenai firman Allah swt,

خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ

_Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”, maksudnya adalah Allah swt mengganti langit berbeda dengan langit yang ada saat ini. Begitu pula Allah swt mengganti bumi berbeda dengan bumi yang ada saat ini. Langit dan bumi (yang berbeda dengan saat ini tadi, pen) pun akan terus ada.”

Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa Sufyan Ibn Husain menyebutkan dari al-Hakam, dari Mujahid, dari Ibn ‘Abbas, beliau mengatakan mengenai firman Allah swt (yang artinya),

_Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi_ yaitu setiap surga itu memiliki langit dan bumi.

‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menafsirkan, 

_Yaitu selama bumi itu menjadi bumi (yang berbeda dengan saat ini, pen) dan langit menjadi langit (yang berbeda dengan saat ini, pen).” –Demikian penjelasan Ibn Katsir rahimahullah mengenai surat Hud ayat 107_/(Tafsir al-Qur`an al-‘Azhim, 7: 472). 

Sehingga yang berpahaman bahwa ‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’ sungguh ia benar-benar keliru karena hanya berlandaskan pada logika yang dangkal. 

Keempat: Mendapat tempat kediaman terbaik.

Yaitu tempat tinggal yang menyenangkan dan menyejukkan pandangan.

Masya Allah … Inilah balasan terbaik bagi mereka ‘Ibadurrahman. Sudah barang tentu setiap muslim menginginkannya. Lakukanlah sebab dengan beramal, sehingga kita pun mendapat rahmat Allah swt, dengan rahmat-Nya kita akan mudah memasuki surga dengan penuh kenikmatan.

Sebaliknya, balasan bagi orang-orang yang kufur dan enggan beribadah kepada Allah swt,  disebutkan dalam ayat terakhir dari surat al-Furqan,

قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا

_Katakanlah Muhammad kepada orang-orang musyrik): “Rabbku tidak akan mengindahkanmu kalau bukan karena ibadahmu. Tetapi, bagaimana kamu beribadah kepada-Nya, padahal kamu telah mendustakan-Nya? Karena itu  kamu akan di'adzab_ (QS. al-Furqan [25] : 77). 

Kata ‘lizama’ menunjukkan akan kehancuran, adzab dan kebinasaan yang akan menimpa orang-orang kafir. Semoga Allah swt melindungi kita dari yang demikian.

Panjatkan selalu do’a berikut ini agar kita dimudahkan jalan ke surga dan dijauhkan dari neraka.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى خَيْرًا

_Ya Allah aku meminta kepada-Mu surga dan segala perkataan atau perbuatan yang mendekatkanku kepada surga. Aku pun meminta perlindungan-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan padanya. Aku memohon pula pada-Mu agar Engkau menjadikan setiap yang Engkau takdirkan bagiku adalah baik_ (Sunan Ibn Majah no. 3846 dan Musnad Ahmad 1: 172. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Wal-'Llahu Waliyyut-Taufiq was-sadad.

Referensi:

Tafsir at-Thabari (Jami’ul-Bayan ‘an Ta`wili `Ayyil-Qur`an), Ibn Jarir at-Thabari, Dar Hijr.

Tafsir al-Qur`an al-‘Azhim, Ibn Katsir, Mu`assasah Qurthubah.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)