Al-Mukhlashin
Selain al-Mukhbitin dan al-Muqsitin, ada juga gelar yang Allah swt sematkan untuk orang-orang beriman yang sudah benar-benar murni penghambaan dan ibadahnya kepada-Nya, ibadah mereka sudah bersih dari berbagai macam kesyirikan sehingga membuahkan iman yang manis. Mereka diberi gelar al-Mukhlasin; orang-orang beriman yang susah disesatkan oleh iblis karena kedekatannya yang sangat dengan Allah swt sehingga para iblis dan tentaranya pun hampir putus asa menggodanya.
Wahbah Zuhaili dalam al-Tafsîr al-Wajîz memberikan keterangan bahwa yang disebut al-Mukhlashin adalah hamba-hamba Allah swt yang mukmin yang disucikan oleh Allah swt dari segala noda dan dosa, serta mampu mengikhlashkan berbagai keta'atannya hanya kepada Allah swt.
Setiap manusia dalam kehidupan dunia pasti akan digoda dan disesatkan oleh iblis. Namun ada orang-orang yang sulit, susah digoda dan disesatkan oleh iblis dan tentaranya, mereka adalah al-Mukhlishin. Allah swt berfirman,
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (78) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
_Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu (iblis) dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash (Mukhlishin) di antara mereka_ (QS. Shad [38] : 77-83).
Dalam ayat yang lain orang-orang yang ikhlash (mukhlishin) ini sudah benar-benar lurus dalam beragamnya; diantara kriterianya adalah ibadah shalat dan zakat yang sudah mampu diamalkan dengan ikhlash dan benar sebagaimana mestinya.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدحُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
_Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus_ (QS. al-Bayyinah [98] : 5).
Allah swt akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlashan sebagian orang dari umat ini. Nabi saw bersabda,
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
_Allah akan menolong umat ini karena sebab orang-orang miskin, do’a orang-orang miskin, shalat mereka dan karena keikhlashan mereka dalam beramal.”[1]
Ikhlash adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan, di samping amalan tersebut harus sesuai tuntunan Nabi saw. Tanpa ikhlash, amalan jadi sia-sia belaka. Ibnul-Qayyim dalam al-Fawa`id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlash,
_Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlash dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi saw bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa_.
Perintah untuk Ikhlash
Setiap amalan sangat tergantung pada niat yang ikhlash. Rasulullah saw bersabda,
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
_Sesungguhnya amal-amal itu ada niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang dia niatkan_ [2]
Allah swt pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati setiap hamba.
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
_Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui_ (QS. Ali Imran [3] : 29).
Dalam ayat lainnya, Allah swt memperingatkan dari bahaya riya’ (syirik kecil) –yang merupakan lawan dari ikhlash- dalam firman-Nya,
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
_Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah amalmu_ (QS. az-Zumar [39] : 65).
Nabi saw bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
_Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Siapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya) dan perbuatan syiriknya_[3]
Imam an-Nawawi mengatakan,
_Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlash), itu adalah amalan bathil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa_.[4]
Dalam hadits lainnya, Nabi saw bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
_Siapa yang menutut ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti_ [5]
Pengertian Ikhlash Menurut Para Ulama
Para ulama menjelaskan ikhlash dengan beberapa pengertian, namun sebenarnya hakikatnya sama. Berikut perkataan ulama-ulama tersebut.[6]
Abul-Qasim al-Qusyairi mengatakan,
_Ikhlash adalah menjadikan niat hanya untuk Allah swt dalam melakukan amalan keta'atan. Jadi, amalan keta'atan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluq atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri kepada Allah swt_.
Abul-Qasim juga mengatakan,
_Ikhlash adalah membersihkan amalan dari komentar manusia_.
Jika kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah swt saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridla Allah swt, bukan komentar dan pujian manusia.
Hudzaifah al-Mar’asi mengatakan,
_Ikhlash adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhahir (lahiriyah) dan batin_
Berkebalikan dengan riya’. Riya’ adalah amalan zhahir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlash, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.
Dzun-Nun menyebutkan tiga tanda ikhlash :
1) Tetap merasa sama antara pujian dan celaan dari orang lain
2) Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat
3) Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).
Al-Fudlail Ibn ‘Iyadl mengatakan,
_Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlash adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi_.
Ada empat definisi dari ikhlash yang bisa kita simpulkan dari perkataan ulama di atas.
1) Meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah
2) Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal
3) Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi
4) Mengharap balasan dari amalannya di akhirat.
Semoga Allah swt menjadikan kita orang-orang yang ikhlash (Mukhashin). Aamiin
Wal-'Llahul-Musta'an
Referensi;
[1] Sunan an-Nasa`i no. 3178. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[2] Shahih al-Bukhari no. 1 dan Shahih Muslim no. 1907, dari ‘Umar Ibn Khatthab.
[3] Shahih Muslim no. 2985, dari Abu Hurairah.
[4] Syarah Sahih Muslim, an-Nawawi, 9/370, Mawqi’ al-Islam.
[5] Sunan Abi Dawud no. 3644 dan Sunan Ibn Majah no. 252, dari Abu Hurairah. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[6] Kitab at-Tibyan fi Adabi Hamalatil-Qur`an, an-Nawawi, hal. 50-51, Maktabah Ibn ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H.
Komentar
Posting Komentar