Hindari Lawakan Dusta!

Sebagian orang sangat menyukai lawakan atau candaan yang menimbulkan gelak tawa. Selain untuk hiburan aktivitas ini menjadi profesi bagi kalangan tertentu; penghasilannya menggiurkan hati. Namun ternyata Islam melarang perbuatan ini terlebih jika lawakan itu banyak dustanya dari pada kenyataannya. Yang lebih parah melawak atau mendengar lawakan bisa menyebabkan kerasnya hati sehingga tidak heran diri ini tidak selalu bergetar ketika nama Allah swt atau ayat-ayat-nya dibacakan. Na'udzu bil-'Llah min dzalik_…

Orang yang melakukan kegiatan ini disebut pelawak tunggal (bahasa Inggris: stand-up comedian), komik, atau komik berdiri (komik tunggal).

Pada praktiknya, di kalangan Komika atau Stand Up Comedian di Indonesia, umumnya para komika mengarang cerita alias berbohong agar penonton tertawa. Kalaupun ada unsur kebenaran dalam cerita, maka mereka akan melebih-lebihkan aau menambahkan cerita agar lucu.

Islam tidak melarang lawakan atau bercerita lucu. Rasulullah saw pun dikenal sebagai seorang yang humoris atau suka melucu. Namun humor dan melucunya beliau sesuai dengan kenyataan.

Contoh bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu kisah beliau bersama kepada seorang nenek tua, beliau mengatakan bahwa tidak ada nenek-nenek di surga, sehingga nenek tersebutpun pergi dengan sedih dan tentunya beliau segera memanggil dan menjelaskan yang sebenarnya.

عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، فَقَالَتْ: (يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ) فَقَالَ: يَا أُمَّ فُلاَنٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ. قَالَ: فَوَلَّتْ تَبْكِي فَقَالَ: (( أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لاَ تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : { إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا عُرُبًا أَتْرَابًا }


_Diriwayatkan dari al-Hasan ra, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai nenek! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS al-Waqi’ah).”_ (Mukhtashar Syama`il dan as-Shahiihah no. 2987).

Jadi, hukum komik, komika, stand up comedy, atau melawak pada dasarkan mubah (boleh). Namun, jika materi stand up comery atau isi lawakannya berupa cerita bohong, maka hukumnya haram. Apalagi jika lawakannya atau materinya berisi pelecehan atau penghinaan terhadap Islam, jelas diharamkan dan pelakunya berdosa.

Nabi saw menyebutkan para pelawak yang berdusta merupakan diantara orang-orang yang akan celaka/binasa;

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ
لَهُ وَيْلٌ لَهُ

_“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.”  (Sunan Abu Dawud no. 4990 dan Sunan at-Tirmidzi no. 2315. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Lihatlah orang-orang yang membuat candaan, lawakan dikatakan celaka. Ini adalah ancaman baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi para pelawak yang hanya ingin membuat penonton tertawa.

Kadang candaan dan lelucon yang dibuat dengan mengambil lalu menyembunyikan barang orang lain. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا

_“Tidak boleh (haram) seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.”_ (Sunan Abi Dawud no. 5003 dan Sunan at-Tirmidzi no. 2160. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Orang yang terlanjur mengambil hendaklah mengembalikannya,

وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا

_“Siapa yang mengambil tongkat saudaranya, hendaklah mengembalikannya”_ (Sunan Abi Dawud no. 5003).

Membuat orang lain takut walau maksudnya bercanda termasuk dosa.
Pernah di antara shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama beliau, lalu ada seseorang di antara mereka yang tertidur dan sebagian mereka menuju tali yang dimiliki orang tersebut dan mengambilnya. Lalu ia pun khawatir (takut). Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

_“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.”_  (Sunan Abi Dawud no. 5004 dan Musna Ahmad 5: 362. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Kita sering dahulu melihat ada yang melakukan seperti itu. Ada yang sengaja menyembunyikan sendal temannya di masjid . Ketika ia keluar, ia pun kebingungan. Nah, ketika sudah pada puncak kebingungan setelah sejam mencari, barulah barang miliknya dikembalikan. Hal ini tidaklah dibolehkan. Sampai-sampai Imam Abu Dwaud (Sulaiman Ibn al-Asy’ats as-Sajistaniy) membuat bab tersendiri dalam kitab sunannya dengan membawakan hadits-hadits yang penulis sebutkan di atas. Beliau membuat judul bab, _“Siapa yang mengambil barang orang lain dalam rangka bercanda.”_

Yang dahulu pernah melakukan seperti itu, maka minta ma'aflah pada saudaranya dan banyaklah bertaubat.
Ingat pula bahaya dusta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ

_“Siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami (umat Islam). Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka”_ (Shahih Ibn Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh al-Albani dalam as-Shahihah no. 1058).

Jika dikatakan tidak termasuk golongan kami, maka itu menunjukkan perbuatan tersebut termasuk dosa besar.

Terlebih dengan banyak candaan atau lawakan yang akan menimbulkan gelak tawa berlebihan itu bisa mengeraskan hati. Nabi saw bersabda,

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

_“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” _ (Sunan at-Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh al-Albani).

Kehidupan di dunia ini tidaklah disikapi dengan bercanda terus dan tertawa terus. Apalagi kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat menanam bekal untuk kehidupan akhirat yang selamanya. Apakah bisa kita menanam bekal dengan terus-menerus bercanda dan tertawa? Bahkan jika kita memikirkan nasib kita yang belum pasti apakah masuk neraka atau surga, kita akan banyak menangis dan sedikit tertawa.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ

_“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” _ (Shahih Muslim, no. 2359).

Bahkan nabi saw menjamin rumah dibagian tengah di surga bagi yang mampu meninggalkan dusta walupun dalam candaan/lawakan,

وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا

_Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan_ (Sunan Abi Dawud, Shahih).

Semoga kita mampu meninggalkan lawakan atau mendengar candaan yang melalaikan, apalagi itu dilakukan dengan cara berdusta. Wal-'iyadzu bil-'Llah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)