Bekal Untuk Kembali

Imam Ibnul-Qayyim al-Jauziyyah menulis satu kitab berjudul Zadul-Ma'ad; berisikan panduan seputar sirah perjalanan hidup Rasulullah saw guna dijadikan bekal persiapan untuk kembali kepada Allah swt menuju kehidupan akhirat. Kitab ini penting untuk dipelajari untuk diambil manfaatnya oleh umat Islam. 

Muhammad Ibn Abi Bakr (محمد بن أبي بکر), Ibn Ayyub Ibn Sa'd az-Zar'i, ad-Dimasyqi (الدمشقي), bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama Ibnul-Qayyim al-Jauziyyah, dinamakan demikian karena ayahnya berada/menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama al-Jauziyyah. Dalam Bahasa Arab namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية ابن القيم.

Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang imam suni, cendekiawan, dan ahli fikih yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fikih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli tafsir, ahli hadis, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.

Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. Ia lahir pada tanggal 17 Safar 691 H.

Beliau belajar Islam dari sejak muda. Menyimak hadits, belajar bersama masyayikh, para ulama. Menyetorkan hafalan al-Quran dan hadits, belajar bahasa Arab, ilmu Nahwu dan menjadi ulama di bidang tafsir, fiqh, aqidah dan bahasa. 

Sudah menjadi kebiasaan para ulama dahulu ketika haji dan umrah selalu mencari ulama dan belajar padanya. Dalam perjalanan haji beliau menulis kitab Zadul-Ma'ad ini. 

Perkataan ulama tentang beliau; 

Imam adz-Dzahabi; beliau sangat perhatian hadits, matan, hal ihwal perawi, ilmu fiqh dan membaguskan pemahamannya. 

Ibn Rajab al-Hanbali; beliau selalu menjaga ibadah, tahajud, memanjangkan shalat, selalu bermunajat, berdesis dalam berdzikir, hati penuh cinta kepada Allah swt, berinabah, memohon ampun, tawakkal. Saya tidak pernah melihat orang seperti beliau dalam beribadah. Walaupun beliau tidak ma'shum. 

Ibn Katsir; saya tidak mengetahui seorang alim di dunia ini selain beliau, selalu memanjangkan shalat, rukuknya, sujudnya dsbg. Seorang murid menyifati gurunya. 

Ibn Hajar al-'Asqalani; beliau sangat pemberani, wasi'ul-'ilmi, 'arifan bil-khilaf, wa madzahibis-salaf, berdzikir setelah shubuh sampai syuruq (matahari meninggi) kemudian shalat. 

Ibnu Qayyim berguru ilmu hadis pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fikih kepada syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.

Dia belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena dia sangat berbakat dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syekh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari syekh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fikih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan syekh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor unta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena dia menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.

Dia peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filsuf dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firkah Islamiyah.

Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadis, makna hadis, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Begitu pula, pengetahuan dia rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya ahli tasawuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.

Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid dia. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah:

Anak dia sendiri bernama Syarafuddin Abdullah

Anaknya yang lain bernama Ibrahim,

Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah

Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah

Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi

Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy

Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy

Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i

Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky

Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli bid’ah) serta helat-helat (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah dia rahimahullah mengajak kembali kepada mazhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama pewaris Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan batilnya mazhab taklid.

Kendatipun dia adalah pengikut mazhab Hambali, namun dia sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan mazhab-mazhab yang masyhur.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun. Ia dishalatkan di Masjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah. Ribuan pelayat berdesakan mengantar kepergian Ibnul Qayyim ke makamnya. Ibnul Qayyim dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Karya-karya beliau; 

Ijtimā' al-Juyūsy al-Islāmiyyah 'ala al-Mu'aththilah wa al-Jahmiyyah

Ahkām Ahli adz-Dzimmah

I'lān al-Muwaqi'īn 'an Rabb al-'Ālamin

Ighātsatu al-Lahfān min Mashāyidi asy-Syaithān

Ighātsatu al-Lahfan fī Hukmi Thalāqi al-Ghadbān

Badāi' al-Fawā'id

At-Tibyān fī Aqsāmi al-Qur'ān

Tuhfatu al-Maudūd bi Ahkāmi al-Maulūd

Jalāu al-Afhām fī ash-Shālāti wa as-Salāmi 'ala khairi al-Anām

Al-Jawāb al-Kāfi liman sa ala 'an ad-Dawā asy-Syāfi au Ad-Dā wa ad-Dawā'

Hādi al-Arwāh ila bilādi al-Afrāh

Raudhatu al-Muhibīn wa Nuzhatu al-Musytāqqīn

Ar-Rūh

Zādu al-Ma'ād fī Hadyi Khairi al-'Ibād

Syifā'u al-'Alil fi Masā'ili al-Qadhā' wa al-Qadar wa al-Hikmatu wa at-Ta'līl

Ash-Shawā'iq al-Mursilah 'ala al-Jahmiyyah wa al-Mu'aththilah

Ath-Thibb an-Nabawī (Bagian dari Kitab Zādu al-Ma'ād)

Ath-Thuruq al-Hukmiyyah

'Iddatu ash-Shābirīn wa Dzukhriyyaty asy-Syākirīn

Al-Farusiyah

Al-Fawā id

Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi an-Nahwi

Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi al-Intishari lilfirqati an-Nājiyah

Al-Kalām 'ala mas'alati as-Simāi

Kitāb ash-Shalāti wa Ahkāmu Tārikuhā

Madāriju as-Sālikīn baina Manāzili Iyyāka Na'budu wa Iyyaka Nasta'īn

Miftāhu Dāri as-Sa'ādah wa Mansyur Wilāyati al-'Ilmi wa al-Irādah

Al-Manār al-Munīf fī ash-Shahīh wa adh-Dha'īf

Hidāyatu al-Hiyāri fī Ajwibati al-Yahūd wa an-Nashāra

Al-Wābil ash-Shayyib min al-Kalimi ath-Thayyib

Semoga Allah swt memberikan rahmat & maghfirah-Nya kepada beliau dan kita mampu mengkaji ilmu-ilmu yang beliau tulis untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Aamiin

Wal-'Llahul-Musta'an

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Dunia dan Akhirat seperti Air Laut dan Jari

Al-Muqarrabun (Sabiqun bil-khairat)

Kisah Wanita Yang Terkena Penyakit Ayan (Epilepsi)