Meneladani Kesabaran Kehidupan Keluarga Rasulullah Saw & Para Shahabat
_Keluarga Rasulullah saw dan para shahabat adalah sosok-sosok teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk kesabaran mereka dalam berumah tangga. Kesabaran mereka dalam menjalani kehidupan berumah tangga dipenuhi dengan lika-liku, suka-duka dan air mata. Ini semua mesti diteladani oleh setiap keluarga muslim yang mendambakan surga nan indah dan abadi di akhirat kelak_
*Rasulullah Saw & Shahabat Sebagai Teladan*
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab [33] : 21).
Jaminan Nabi saw atas keutamaan generasi salaf disampaikan dalam salah satu sabdanya:
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ فَلَا أَدْرِي أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنِهِ قَرْنَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَنْذُرُونَ وَلَا يَفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
Sebaik-baiknya umatku adalah generasiku (shahabat), lalu generasi sesudahnya (tabi’in), lalu generasi sesudahnya (tabi’ tabi’in)—‘Imran berkata: Aku tidak ingat apakah ia menyebutkan sesudah generasinya dua atau tiga—Kemudian akan ada sesudah kalian satu kaum yang bersaksi padahal mereka tidak diminta bersaksi (saksi-saksi palsu), berkhianat dan tidak bisa dipercaya, bernadzar rapi tidak memenuhinya, dan tampak di tengah-tengah mereka orang-orang yang gemuk (karena rakus dunia) (Shahih al-Bukhari kitab al-manaqib bab fadla`il ashhab an-nabiy no. 3650; Shahih Muslim kitab fadla`il as-shahabah bab fadllis-shahabah tsummal-ladzina yalunahum no. 6638).
*Kesabaran Merupakan Amal Penyebab Masuk Surga*
Allah SWT menjelaskan dalam berbagai ayatnya bahwa surga akan diberikan kepada mereka yang teruji kesabarannya selama hidup di dunia. Berikut firman Allah SWT tersebut;
كَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ , سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
_Para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, sambil mengucapkan; “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu". Alangkah nikmatnya tempat kembali seperti itu_ (QS. ar-Ra’du [13] : 23- 24)
أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76)
_Mereka itu akan diberi balasan dengan kedudukan tinggi dalam surga karena kesabaran mereka. Disana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu tempat menetap dan tempat kediaman paling baik_ (QS. al-Furqan [25] :: 75-76).
*Definisi Sabar menurut al-Hafizh Ibn Hajar*
حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْمَكْرُوْهِ وَعَقْدُ اللِّسَانِ عَنِ الشَّكْوَى وَالْمُكَابَدَةُ فِي تَحَمُّلِهِ وَانْتِظَارِ الْفَرَجِ
_Menahan diri dari hal yang dibenci, mengikat lisan dari mengeluh, siap bersusah payah ketika menanggungnya dan menunggu kelapangan tiba_ (Fathul-Bari bab as-shabr ‘an maharimil-‘Llah).
*Potret Kesabaran Keluarga Rasulullah Saw*
• Luas Rumah Rasulullah Saw
Rumah Rasulullah saw sangat sederhana, jauh dari kata mewah, megah dan luas. Tidak banyak perabotan rumah tangga mewah di rumah beliau, yang ada hanya perbotan alakadarnya saja.
Jika beliau sedang shalat tepatnya ketika sujud, 'Aisyah ra seringkali melipatkan kakinya karena kepala beliau selalu mengenai kaki 'Aisyah ra; saking sempitnya rumah beliau. Kata 'Aisyah ra;
كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَرِجْلاَيَ فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا
“Ketika aku tidur di depan Rasulullâh saw yang sedang shalat, kedua kakiku tepat di arah kiblat. Jika beliau hendak bersujud, beliau menyentuhku dengan jarinya, lalu aku menarik kedua kakiku (melipatkannya). Jika beliau telah berdiri, aku meluruskan kedua kakiku” (Shahih al-Bukhari no. 382 & Shahih Muslim no. 512).
• Potret Makan Keluarga Rasulullah Saw
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ ﷺ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ الْبُرِّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ
_Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Keluarga Muhammad saw tidak pernah kenyang dari gandum halus selama tiga malam berturut-turut sejak tiba di Madinah hingga beliau wafat.”_ (Shahih al-Bukhari kitab ar-riqaq bab kaifa kana ‘aisyun-Nabiy saw wa ashhabu).
• Ketika Istri-istri Rasulullah Saw Mengeluhkan Nafkah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا, وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا
_Hai Nabi! Katakan kepada istri-istrimu, "Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, kemarilah agar kuberi mut'ah kepadamu dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya serta negeri akhirat, sesungguhnya Allah menyediakan pahala besar bagi siapa saja yang berbuat baik diantaramu_ (QS. al-Ahzab [33] : 28-29).
Mut'ah adalah pemberian harta kepada mantan istri apabila terjadi perceraian. Besar mut'ah disesuaikan dengan kemampuan suami.
• Shalat Malam Rasulullah Saw
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ
_Dari ‘Aisyah ra, sesungguhnya Nabi saw melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan akan datang?” Beliau bersabda: “Mengapa kau tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?” Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku’ maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku_ (Shahih al-Bukhari kitab tafsir al-Qur`an bab qaulihi ta’ala liyaghfiral-‘Llah laka … no. 4837).
• Ketika Fathimah Mengeluh Lelah
عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهِمَا السَّلَام شَكَتْ مَا تَلْقَى فِي يَدِهَا مِنْ الرَّحَى فَأَتَتْ النَّبِيَّ ﷺ تَسْأَلُهُ خَادِمًا فَلَمْ تَجِدْهُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَلَمَّا جَاءَ أَخْبَرَتْهُ قَالَ فَجَاءَنَا وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْتُ أَقُومُ فَقَالَ مَكَانَكِ فَجَلَسَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي فَقَالَ أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا أَوْ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهَذَا خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ
Dari ‘Ali, bahwasanya Fathimah mengeluh _tentang tangannya yang kasar/melepuh. Ia datang kepada Nabi saw hendak meminta pembantu. Tapi Nabi saw sedang tidak ada. Ia pun memberitahukannya kepada ‘Aisyah. Setelah Nabi saw pulang, ‘Aisyah memberitahukan pesan Fathimah. Nabi saw lalu datang ke rumah kami ketika kami sudah naik tempat tidur. Aku pun lalu bangun. Nabi saw bersabda: “Tetap di tempatmu (Fathimah).” Beliau lalu duduk di antara kami sampai aku merasakan dinginnya telapak tangan beliau di dadaku. “Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua yang lebih baik dari pembantu? Apabila kalian hendak tidur bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu.”_ (Shahih al-Bukhari kitab ad-da’awat bab at-takbir wat-tasbih ‘indal-manam no. 6318)
Dalam riwayat Abu Dawud, sebagaimana dikutip al-Hafizh dalam Fathul-Bari, ‘Ali menceritakan:
فَجَرَّتْ بِالرَّحَى حَتَّى أَثَّرَتْ بِيَدِهَا وَاسْتَقَتْ بِالْقِرْبَةِ حَتَّى أَثَّرَتْ فِي عُنُقهَا وَقَمَّتْ الْبَيْت حَتَّى اِغْبَرَّتْ ثِيَابهَا وَخَبَزَتْ حَتَّى تَغَيَّرَ وَجْههَا
_“Fathimah menarik penggilingan gandum sampai membekas pada tangannya, mengambil air dengan wadah besar sampai membekas pada bagian belakang lehernya, mengurus rumah sampai berdebu bajunya, dan memasak sampai mengotori wajahnya.”_
وَاَللَّه لَا أُعْطِيكُمَا وَأَدَع أَهْل الصُّفَّة تُطْوَى بُطُونهمْ لَا أَجِد مَا أُنْفِق عَلَيْهِمْ وَلَكِنِّي أَبِيعهُمْ وَأُنْفِق عَلَيْهِمْ أَثْمَانهمْ
_“Demi Allah, aku tidak akan memberi kepada kalian berdua sementara aku membiarkan Ahlus-Shuffah (para pelajar di masjid yang tidak punya keluarga dan rumah—pen) dalam keadaan perut kosong dan aku tidak punya sesuatu yang bisa aku nafkahkan kepada mereka. Maaf, aku akan jual para tawanan perang itu dan aku akan infaqkan hasilnya kepada Ahlus-Shuffah_
*Potret Kesabaran Sahabat Nabi saw Ketika Ditinggal Wafat Anak Da*
U
مَاتَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ (وَأَبُو طَلْحَةَ خَارِجٌ) فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لا تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا
Anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim (adik tiri Anas) meninggal dunia (riwayat al-Bukhari: ketika Abu Thalhah pergi keluar kota). Ummu Sulaim lalu berkata kepada keluarganya: “Kalian jangan memberitahu Abu Thalhah terkait putranya hingga aku sendiri yang memberi tahunya.” Ketika Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam, dan Abu Thalhah pun makan lalu minum. Ummu Sulaim juga berdandan cantik lebih cantik dari sebelum-sebelumnya. Abu Thalhah pun kemudian tidur dengannya. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya sudah kenyang dan sudah cukup tidur dengannya ia baru berkata: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurut anda seandainya ada satu kaum yang meminjamkan satu pinjaman kepada satu keluarga kemudian mereka meminta agar pinjamannya dikembalikan, apakah keluarga itu berhak menolaknya?” Abu Thalhah menjawab: “Tentu tidak boleh.” Ummu Sulaim berkata: “Maka harapkanlah pahala untuk putra anda.” Anas berkata: Abu Thalhah marah dan berkata: “Kenapa kamu tidak memberitahuku, hingga ketika aku sudah berhadats kamu baru memberitahukan kematian putraku?” Abu Thalhah pun kemudian pergi menemui Rasulullah saw dan mengadukan hal tersebut kepada beliau. Tetapi beliau malah bersabda: “Semoga Allah memberkahi kalian pada malam tadi.” (Shahih Muslim bab min fada`il Abi Thalhah no. 6476).
قَالَ فَحَمَلَتْ… فَوَلَدَتْ غُلاَمًا فَقَالَتْ لِى أُمِّى يَا أَنَسُ لاَ يُرْضِعُهُ أَحَدٌ حَتَّى تَغْدُوَ بِهِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ . فَلَمَّا أَصْبَحَ احْتَمَلْتُهُ فَانْطَلَقْتُ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ – قَالَ – فَصَادَفْتُهُ وَمَعَهُ مِيسَمٌ فَلَمَّا رَآنِى قَالَ لَعَلَّ أُمَّ سُلَيْمٍ وَلَدَتْ. قُلْتُ نَعَمْ. فَوَضَعَ الْمِيسَمَ – قَالَ – وَجِئْتُ بِهِ فَوَضَعْتُهُ فِى حَجْرِهِ وَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِعَجْوَةٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلاَكَهَا فِى فِيهِ حَتَّى ذَابَتْ ثُمَّ قَذَفَهَا فِى فِى الصَّبِىِّ فَجَعَلَ الصَّبِىُّ يَتَلَمَّظُهَا – قَالَ – فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ انْظُرُوا إِلَى حُبِّ الأَنْصَارِ التَّمْرَ. قَالَ فَمَسَحَ وَجْهَهُ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ
Kemudian Ummu Sulaim hamil… Kemudian ia melahirkan anak lelaki. Ibuku berkata kepadaku: “Wahai Anas, jangan ada yang menyusuinya seorang pun hingga besok kamu bawa dahulu bayi ini kepada Rasulullah saw.” Keesokan harinya aku menggendongnya dan membawanya kepada Rasulullah saw. Aku berpapasan dengan beliau ketika beliau memegang misam (besi panas untuk menandai unta). Ketika melihatku beliau bertanya: “Bisa jadi Ummu Sulaim sudah melahirkan.” Aku menjawab: “Ya.” Beliau lalu meletakkan misam dan aku menyimpan bayi itu di pangkuan beliau. Rasulullah saw kemudian meminta kurma ajwah Madinah, lalu beliau mengunyahnya di mulut beliau hingga lembut, kemudian memasukkannya ke mulut bayi tersebut hingga bayi tersebut menggerak-gerakkan lidahnya untuk menyerap sari kurmanya. Rasulullah saw bersabda: “Lihatlah bagaimana orang Anshar begitu menyukai kurma.” Beliau lalu mengusap wajahnya dan menamai bayi tersebut ‘Abdullah (Shahih Muslim bab min fada`il Abi Thalhah no. 6476).
Dalam riwayat al-Bukhari, Anas ra menjelaskan:
فَلَمَّا رَأَتْ امْرَأَتُهُ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ هَيَّأَتْ شَيْئًا وَنَحَّتْهُ فِي جَانِبِ الْبَيْتِ فَلَمَّا جَاءَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ كَيْفَ الْغُلَامُ قَالَتْ قَدْ هَدَأَتْ نَفْسُهُ وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ اسْتَرَاحَ وَظَنَّ أَبُو طَلْحَةَ أَنَّهَا صَادِقَةٌ قَالَ فَبَاتَ فَلَمَّا أَصْبَحَ اغْتَسَلَ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ أَعْلَمَتْهُ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ أَخْبَرَ النَّبِيَّ ﷺ بِمَا كَانَ مِنْهُمَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُبَارِكَ لَكُمَا فِي لَيْلَتِكُمَا قَالَ سُفْيَانُ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَرَأَيْتُ لَهُمَا تِسْعَةَ أَوْلَادٍ كُلُّهُمْ قَدْ قَرَأَ الْقُرْآنَ
Ketika istri Abu Thalhah melihat putranya sudah meninggal dunia, maka ia menyiapkan sesuatu dan menempatkannya di sisi lain rumahnya. Lalu ketika Abu Thalhah pulang ia bertanya: “Bagaimana keadaan anak kita?” Istrinya menjawab: “Dirinya telah tenang dan aku berharap ia sungguh telah beristirahat.” Abu Thalhah mengira apa yang dikatakan istrinya benar (sebagaimana asumsinya). Abu Thalhah pun tidur. Di shubuh harinya Abu Thalhah mandi. Ketika hendak keluar, istrinya baru memberi tahunya dengan jelas bahwa putranya sudah meninggal dunia. Abu Thalhah lalu shalat bersama Nabi saw kemudian memberi tahu beliau apa yang terjadi di antara mereka berdua. Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberkahi kalian pada malam kalian berdua tadi.” Sufyan (ibn ‘Uyainah—wafat: 198 H) berkata: “Seorang shahabat Anshar berkata: Aku melihat dari anak tersebut lahir sembilan orang putra yang semuanya hafal al-Qur`an.” (Shahih al-Bukhari bab man lam yuzhhir husnahu ‘indal-mushibah no. 1301).
*Keutamaan Ummu Sulaim*
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa hadits di atas:
دَلِيل لِكَمَالِ عِلْمهَا وَفَضْلهَا وَعِظَم إِيمَانهَا وَطُمَأْنِينَتهَا
Dalil kesempurnaan ilmu dan keutamannya (Ummu Sulaim), juga betapa tinggi keimanan dan ketenangannya (Syarah Shahih Muslim).
*Potret Ketidaksabaran Ketika Ditinggal Wafat Anak*
Shahabat Anas ibn Malik ra menceritakan:
مَرَّ النَّبِيُّ ﷺ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ تَعْرِفْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِيُّ ﷺ فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ ﷺ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
_Nabi saw pernah lewat pada seorang perempuan yang sedang menangis di atas kuburan. Beliau lalu bersabda: “Bertaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah.” Perempuan itu langsung menimpali: “Menjauhlah kamu! Kamu tidak merasakan musibah seperti aku.” Perempuan itu tidak mengetahui bahwa yang berbicara itu Nabi saw. Setelah dikatakan kepadanya bahwa itu Nabi saw, ia langsung datang menemuinya. Ketika tiba di pintu rumah Nabi saw, ia tidak menemukan para penjaga, maka ia langsung masuk dan berkata: “Aku tadi tidak tahu bahwa itu engkau.” Maka Nabi saw bersabda: “Sabar itu ketika kejadian yang awal.”_ (Shahih al-Bukhari kitab al-jana`iz bab ziyaratil-qubur no. 1283).
*Penyebab Mayit Disiksa Kubur*
أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ اللهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا بِحُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يَرْحَمُ وَإِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
_Perhatikanlah! Sungguh Allah tidak akan menyiksa dengan sebab tetesan air mata dan sedihnya hati. Tetapi Dia akan menyiksa dengan sebab ini—sambil menunjuk lisannya—atau merahmati. Dan sungguh orang yang meninggal itu akan disiksa dengan sebab tangisan keluarganya atasnya_ (Shahih al-Bukhari bab al-buka` ‘indal-maridl no. 1304; Shahih Muslim bab al-buka` ‘alal-mayyit no. 2176).
*Keutamaan Tahmid & Istirja' Ketika Ditinggal Wafat Anak*
إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ
_Apabila meninggal anak seorang hamba, Allah bertanya kepada para malaikat-Nya: “Kalian sudah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Malaikat menjawab: “Ya.” Allah bertanya lagi: “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Malaikat menjawab: “Ya.” Allah bertanya: “Apa yang diucapkan hamba-Ku?” Malaikat menjawab: “Ia memujimu dan istirja’ (mengucapkan inna lil-‘Llah wa inna ilaihi raji’un).” Allah berfirman: “Buatkan untuk hamba-Ku itu sebuah istana di surga dan namai ‘baitul-hamdi’ (istana al-hamdu).”_ (Sunan at-Tirmidzi kitab al-jana`iz bab fadllil-mushibah idza ihtasaba no. 7069).
*Irinya Ahlul-'Afiyah Terhadap Ahlul-Mushibah Di Akhirat*
Di akhirat Kelak, Ahlul-'Afiyah akan iri melihat banyaknya pahala yang diberikan kepada Ahlul -Mushibah. Sampai-sampai mereka mengharap saat di dunia kulit mereka dipotong-potong dengan gunting karena melihat betapa besarnya pahala kesabaran dari sebuah cobaan.
.
عن جابر رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (يَوَدُّ أَهلُ العَافِيَةِ يَومَ القِيَامَةِ حِينَ يُعطَى أَهلُ البَلَاءِ الثَّوَابَ لَو أَنَّ جُلُودَهُم كَانَت قُرِّضَت فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ)
. رواه الترمذي (2402) ، وحسَّنه الألباني في"صحيح الترمذي" .
Dari Jabir ra berkata, Rasulullah saw bersabda :
_Pada hari kiamat nanti, Ketika Ahlul-'Afiyah melihat banyaknya pahala yang diberikan kepada Ahlul-Mushibah mereka berharap sekiranya waktu di dunia Kulit mereka dipotong-potong dengan gunting_ (Sunan at-Tirmidzi, dihasankan oleh Syeikh al-Bani).
*Shalat & Shabar Sebagai Solusi Problematika Hidup*
ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥
_Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk_ (QS. al-Baqarah [2] : 45).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣
_Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar._ (QS. al-Baqarah [2] : 153).
*Pahala Sabar Tanpa Batas*
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠
_Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dilebihkan balasan mereka tanpa batas_ (QS. az-Zumar [39] : 10).
*Sikap Nabi saw Ketika Menghadapi Urusan Yang Berat*
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ ﷺ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى.
_Hudzaifah berkata: “Nabi saw apabila ada satu urusan yang memberatkannya, beliau selalu shalat_ (Sunan Abi Dawud bab waqti qiyamin-Nabi saw minal-lail no. 1321. Al-Albani: Hadits shahih).
*Sikap Sabar Ibn Abbas Ketika Diberitahu Saudaranya Wafat*
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ نُعي إِلَيْهِ أَخُوهُ قُثَم وَهُوَ فِي سَفَرٍ فَاسْتَرْجَعَ، ثُمَّ تنحَّى عَنِ الطَّرِيقِ، فَأَنَاخَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أَطَالَ فِيهِمَا الْجُلُوسَ، ثُمَّ قَامَ يَمْشِي إِلَى رَاحِلَتِهِ وَهُوَ يَقُولُ: {وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ}
_Dari ‘Abdurrahman, bahwasanya Ibn ‘Abbas diberitahu kematian saudaranya, Qutsam, ketika ia dalam perjalanan. Ibn ‘Abbas lalu istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), kemudian menjauh dari jalan, memarkirkan untanya, lalu shalat dua raka’at dengan memanjangkan duduk. Beliau kemudian berdiri dan melanjutkan lagi perjalanan naik unta sambil membaca: wa-sta’inu bis-shabri was-shalah, wa innaha la kabiratun illa ‘alal-khasyi’in_
*Shalat Sebagai Hiburan & Kebahagiaan Rasulullah Saw*
عَنْ رَجُلٍ مِنْ خُزَاعَةَ قال لَيْتَنِى صَلَّيْتُ فَاسْتَرَحْتُ فَكَأَنَّهُمْ عَابُوا عَلَيْهِ ذَلِكَ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: يَا بِلاَلُ أَقِمِ الصَّلاَةَ أَرِحْنَا بِهَا
_Dari seorang shahabat yang berasal dari Khuza’ah, ia berkata: “Aduhai aku ingin segera shalat sehingga bisa terhibur.” Orang-orang di sekelilingnya keheranan. Orang itu lalu berkata lagi: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Hai Bilal, segeralah kumandangkan (seruan) shalat, hiburlah kami dengannya.”_ (Sunan Abi Dawud kitab al-adab bab fi shalatil-‘atamah no. 4987. al-Albani: Hadits shahih)
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَ (جُعِلَتْ) قُرَّةُ عَيْنِيْ في الصَّلاَةِ
_Dijadikan senang untukku dari dunia ini wanita dan minyak wangi. Tapi dijadikan kebahagiaanku dalam shalat_ (Musnad Ahmad bab musnad Abi Sa’id al-Khudri no. 12315-12316. Syu’aib al-Arnauth: Hadits hasan).
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
_(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram._ (QS. ar-Ra’d [13] : 28).
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ
_Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain)_ (QS. al-‘Ankabut [29] : 45).
ini maka Rasul saw mengingatkan:
صَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ كُنْتَ لاَ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، وَآيِسْ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ تَعِشْ غَنِيًّا وَإِيَّاكَ وَ مَا تَعْتَذِرُ مِنْهُ
_Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpisah/mati, seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu. Putuskanlah semua keinginan terhadap apa yang orang lain miliki, kamu pasti hidup kaya. Dan jauhilah apa yang akan kamu sesali nantinya_ (Al-Mu’jamul-Ausath lit-Thabrani no. 4580. Al-Albani: Hadits shahih [as-Silsilah as-Shahihah no. 1914]).
اُذْكُرِ الْمَوْتَ فِي صَلاَتِكَ، فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِي صَلاَتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلاَتَهُ، وَصَلِّ صَلاَةَ رَجُلٍ لاَ يَظُنُّ أَنَّهُ يُصَلِّي صَلاَةً غَيْرَهَا
_Ingatlah mati dalam shalatmu. Karena seseorang yang ingat mati dalam shalatnya pasti akan membaguskan shalatnya. Shalatlah seperti shalat seseorang yang tidak mengira akan ada shalat lain setelahnya_ (Musnad al-Firdaus lid-Dailami 1 : 15. Al-Albani: Hadits hasan [as-Silsilah as-Shahihah no. 1421]). يَرَاكَ، وَآيِسْ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ تَعِشْ غَنِيًّا وَإِيَّاكَ وَ مَا تَعْتَذِرُ مِنْهُ
_Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpisah/mati, seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu. Putuskanlah semua keinginan terhadap apa yang orang lain miliki, kamu pasti hidup kaya. Dan jauhilah apa yang akan kamu sesali nantinya_ (Al-Mu’jamul-Ausath lit-Thabrani no. 4580. Al-Albani: Hadits shahih [as-Silsilah as-Shahihah no. 1914]).
اُذْكُرِ الْمَوْتَ فِي صَلاَتِكَ، فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِي صَلاَتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلاَتَهُ، وَصَلِّ صَلاَةَ رَجُلٍ لاَ يَظُنُّ أَنَّهُ يُصَلِّي صَلاَةً غَيْرَهَا
_Ingatlah mati dalam shalatmu. Karena seseorang yang ingat mati dalam shalatnya pasti akan membaguskan shalatnya. Shalatlah seperti shalat seseorang yang tidak mengira akan ada shalat lain setelahnya_ (Musnad al-Firdaus lid-Dailami 1 : 15. Al-Albani: Hadits hasan [as-Silsilah as-Shahihah no. 1421]).
Wal-'Llahul-Musta'an
Komentar
Posting Komentar