Ashabiyyah Dalam Sepak Bola*
_Tidak ada yang salah dengan sepakbola selama itu disikapi sebagai olahraga atau hiburan yang tidak melalaikan "Ibadah". Akan tetapi jika sepak bola dijadikan ajang memperkukuh 'ashabiyyah, maka ini adalah sebentuk jahiliyyah di abad "modern"._
_'Ashabiyyah asal katanya 'ashabah yang berarti 'pengikut setia kaum' atau bisa disebut 'kelompok fanatik satu kaum'. Maka 'ashabiyyah itu sendiri adalah 'faham, ajaran, dooktrin untuk selalu membela satu kaum apakah itu ketika zhalim atau dizhalimi'_ {Lisanul-'Arab 1 : 602}.
Paham seperti ini dalam istilah modern dikenal dengan "chauvinisme" atau faham kesukuan, yakni faham untuk selalu membela satu golongan/sukunya terlepas dari apakah yang dibelanya itu benar atau salah.
Nabi saw dalam berbagai haditsnya menjelaskan:
I.
_{Man Qaa-tala tahta raayatin 'ummiyyatin yaghdhabu li'ashabatihi wa-yuqaatilu li-'ashabatihi wa-yanshuru 'ashabatuhu faqutila faqitlatun jaahiliyyatun}_
Artinya;
_"Siapa yang berperang di bawah panji fanatisme buta; ia marah karena 'ashabahnya, berperang untuk 'ashabahnya, dan menolong 'ashabahnya, lalu ia terbunuh, maka terbunuhnya seperti sperti terbunuhnya seorang jahiliyyah."_ {Musnad Ahmad bab musnad Abi Hurairah no. 7603}
II.
_{Man qutila tahta raa-yatin 'ummiyyatin yad'uu 'ashabiyyatan au yanshuru 'ashabiyyatan faqitlatun jaahiliyyatun}_
Artinya;
_"Siapa yang terbunuh di bawah panji fanatisme buta; ia mengajak pada 'ashabahnya atau menolong 'ashabahnya, mka terbunuhnya seperti terbunuhnya seorang "jahiliyyah"._ {Shahih Muslim bab al-amr bi luzumil-jama'ah no. 4898}
III.
_{Laisa minnaa man da'aa ila 'ashabiyyatin wa-laisa minnaa man qaatala 'ala 'ashabiyyatin wa-laisa minnaa man maata 'ala 'ashabiyyatin}_
Artinya;
_"Bukan dari golongan kami (Nabi saw/umat Islam) orang yang menyeru pada 'ashabiyyah. Bukan golongan dari kami orang yang berperang atas dasar 'ashabiyyah. Dan bukan dari golongan kami orang yang mati atas dasar 'ashabiyyah_ {Sunan Abi Dawud bab fil-'ashabiyyah no. 5123}
Dari hadits-hadits di atas bisa di tarik beberapa catatan terkait 'ashabiyyah ini, yaitu:
Pertama, 'ashabiyyah artinya yang menjadikan 'ashabah- nya (kelompoknya, sukunya, golongannya) sebagai nilai kehidupannya; marah karena 'ashabahnya, mengajak orang lain karena 'ashabahnya, menolong orang lain karena 'ashabahnya, dan berperang demi 'ashabahnya.
Kedua, 'ashabiyyah dasarnya pasti 'ummiyyah (fanatisme buta). Tidak peduli benar atau salah, pokoknya sesama kelompoknya harus dibela.
Ketiga, orang yang berfaham 'ashabiyyah bukan termasuk umat Islam.
Keempat, orang yang berfaham 'ashabiyyah sama seperti orang "jahiliyyah".
Islam sudah dari sejak awal menyeru manusia untuk meninggalkan sekat-sekat golongan ras, kesukuan, dan fanatisme golongan menuju ikatan yang lebih luas yakni Islam. Maka kalau seseorang malah meninggikan nilai-nilai 'ashabiyyah berarti ia keluar dari ikatan yang luas menuju ikatan yang sempit.
_{Yaa ayyuhan-Naasu alaa inna rabbakum waahidun wa-in abaakum waahidun alaa laa fadlla li-'arabiyyin 'ala a'jamiyyin wa-laa li'ajamiyyin 'ala 'arabiyyin wa-laa li-ahmara 'ala aswada wa-laa aswada 'ala ahmara illaa bit-taqwaa_
Artinya;
_"Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Rabb kalian satu. Sesungguhnya bapak kalian satu. Ingatlah tidak ada keutamaan untuk orang 'Arab di atas non 'Arab, tidak juga orang non 'Arab di atas orang 'Arab. Tidak juga ada keutamaan untuk orang yang berkulit hitam, tidak juga yang berkulit hitam di atas yang berkulit merah. Terkecuali dengan ketaqwaan (kemuliaan itu ukurannya hanya taqwa)_ {Musnad Ahmad no. 22391}.
Islam sudah mengajarkan bahwa siapapun orangnya, apapun sukunya dan golongannya, selama masih muslim maka mereka adalah bersaudara. Ikatan ini jelas lebih luas dan universal di banding ikatan yang hanya di dasarkan pada suku Sunda, Jawa, bangsa Indonesia, bangsa Eropa, bobotoh Persib, The Jack Mania, Aremania, Bonek dll.
_{Wakuunuu 'Ibaadal-'Llaahi ikhwaanan. Almuslimu akhul-muslimi laa yazhlimuhu wa-laa yakhdzuluhu wa-laa yahqiruhu}_
Artinya;
_"Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, Seorang muslim itu saudara muslim lainnya, jangan pernah menganiayanya, menelantarkannya, dan menghinanya_ {Shahih Muslim bab tahrim zhulmil-muslim no. 6706}.
Paham 'ashabiyyah dahulu dianut oleh masyarakat jahiliyyah yang belum mengenal Islam. Suku Aus misalnya, selamanya memusuhi suku Khazraj, terlepas dari siapakah di antara mereka yang bersalah. Jika ada orang Aus yang menganiaya orang Khazraj, maka orang-orang Khazraj akan balik menyerang Aus. Orang-orang Aus pun langsung pasang badan membela Aus, tanpa mau tahu siapa yang bersalah, yang jelas orang Aus harus dibela, Paham seperti ini yang menyebabkan kaum Jahiliyyah terjebak pada permusuhuan yang tidak berkesudahan, selamanya terlibat dalam peperangan selama ratusan tahun. Islam kemudian datang menyelamatkan budaya durjana ini :
_{Wa'tashimuu bi-hablillaahi jamii'an walaa tafarraquu, wadzkuruu ni'matal-'Llaahi 'alaikum idz-kuntum a'daa-an fa-allafa baina quluubikum fa-ashbahtum bini'matihii ikhwaanan, wa-kuntum 'alaa syafaa khufratin minan-Naari fa-anqadzakum minhaa, kadzaalika yubayyinul-'Llaahu lakum aayaatihii la'allakum tahtaduun}_ -Ali-'Imran : 103-
Artinya;
_"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliiyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk_ (QS. Ali-'Imran [3] : 103)
_Maka dari itu kalau kemudian ada orang yang marah karena 'ashabiyyah, membela demi 'ashabiyyah, dan sampai mati dalam ke-'ashabiyyah-an, maka ia mati seperti orang Jahiliyyah. Itulah yang dimaksud hadits di atas. Para ulama menjelaskan, mati Jahiliyyah yang di maksud memang tidak sampai kufur, tetapi mati dalam keadaan 'bermaksiat', sebab ia melepaskan diri dari nilai-nilai Islam, menuju nilai-nilai Jahiliyyah_ (Fathul-Bari 13 : 7)
Hari ini 'ashabiyyah itu muncul dalam "sepak bola". Hampir menjadi santapan setiap hari berita-berita sepak bola yang menyuguhkan informasi kerusuhan antar suporter sepak bola. Beberapa di antaranya bahkan ada yang sampai bermusuhan selama puluhan tahun lamanya, seperti "Persib-Persija", "Arema & Persebaya". Dasar permusuhan itu bukan agama, bukan karena Islam dihina, bukan karena Allah dan Rasul-Nya dinista. tetapi hanya persoalan 'ashabiyyah; Persib dihina The Jack Mania dan Persija dihina bobotoh Persib. Begitu juga Arema dihina Bonek dan Persebaya dihina Aremania. Sampai kapan jahiliyyah modern seperti ini akan terus dilanggengkan?
Wal-'iyadzu bil-'Llah
Komentar
Posting Komentar