Yang Ada Hanyalah Berkurangnya Umur
_Tidak ada yang spesial dengan awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. Kenapa sebagian orang lebih girang menyambut awal tahun?_
Padahal ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, di mana ajal semakin dekat. Bahkan mereka –para salaf– sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal shalih. Yang mereka terus pikirkan adalah ajal yang semakin dekat, namun amal shalih yang masih kurang. Bagaimana dengan kita?
Tanda Kebaikan Islam Seseorang Adalah Meninggalkan Hal Yang Tidak Bermanfa'at
Menunggu satu waktu saja tanpa amalan, itu sudah membuang-buang waktu. Karena ingatlah bahwa waktu itu amat berharga bagi seorang muslim. Jika ia benar-benar menjaganya dalam ketaatan pada Allah swt atau dalam hal yang bermanfa'at, itu menunjukkan kebaikan dirinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
_Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfa'at_ (Sunan at-Tirmidzi no. 2317, Sunan Ibn Majah no. 3976. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
_Jika keislaman seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, syubhat dan perkara yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfa'at semisal itu menunjukkan baiknya keislaman seorang muslim. Demikian perkataan Ibn Rajab al-Hambali yang diolah secara bebas_ (Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam, 1: 289).
Jika kita menyia-nyiakan waktu, itu tanda Allah swt melupakan kita.
‘Arif al-Yamani berkata,
إن من إعراض الله عن العبد أن يشغله بما لا ينفعه
_Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia_ (Hilyatul-Auliya`, 10: 134).
Waktu Itu Begitu Berharga
Waktu amat berharga. Ia tidak mungkin akan kembali setelah berlalu pergi.
الوقت أنفاس لا تعود
_Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali_
Syaikh ‘Abdul-Malik al-Qasim berkata,
_Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya_ (Risalah “al-Waqtu Anfas La Ta’ud”, hal. 3).
Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
_Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai:_
(1) umurnya di manakah ia habiskan?,
(2) ilmunya di manakah ia amalkan?,
(3) hartanya bagaimana ia peroleh? dan
(4) di mana ia infakkan? dan
(5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya?.”
(Sunan at-Tirmidzi no. 2417, dari Abu Barzah al-Aslami. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian.
Ibnul-Qayyim rahimahullah dalam al-Fawa`id berkata,
اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا
_Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”_
Imam as-Syafi’i pernah mendapat nasehat dari seorang sufi,
الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل
_Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia_ (Madarijus-Salikin, Ibnul-Qayyim, 3: 129).
Mereka Selalu Menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?
Basyr Ibn al-Harits berkata,
مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي
_Aku pernah melewati seorang 'Abid (ahli ibadah) di Bashrah dan ia sedang menangis. Aku bertanya,_
_Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab,_
_Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.”_ (Mujalasah wa Jawahir al-‘Ilm, 1: 46, as-Syamilah).
Jangan Jadi Orang Yang Menyesal Kelak
Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia. Bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal shalih.
Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu.
Allah Ta’ala berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
_Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:_
_Ya Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan_ (QS. al-Mu`minun [23] : 99-100).
Ketika orang-orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal.
Allah Ta’ala berfirman,
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
_Dan mereka berteriak di dalam neraka itu; Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan”_ _Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolongpun.”_ (QS. Fathir [35] : 37).
Dalam ayat lainnya disebutkan pula,
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
_Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabb-nya, (mereka berkata):_
_“Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”_ (QS. as-Sajdah [32] : 12).
وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ
_Dan kamu akan melihat orang-orang yang zhalim ketika mereka melihat adzab berkata:_
_Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?””_ (QS. as-Syura [42] : 44).
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
_“Mereka menjawab:_
_Ya Rabb kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mengampuni_ (Ghafir [40] : 11-12).
Qatadah mengatakan,
_Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu._
Marilah kita berlindung kepada Allah swt dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Tafsir al-Qur`an al-‘Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir [35] ayat 37).
Renungkan: Umur yang Berkurang!
Al-Hasan al-Bashri pernah berkata,
لم يزل الليلُ والنهار سريعين في نقص الأعمار ، وتقريبِ الآجال
_“Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.”_ (Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam, 2: 383).
Semisal perkataan al-Hasan al-Bashri juga dikatakan oleh al-Fudlail Ibn ‘Iyadl. Beliau rahimahullah berkata pada seseorang,
_“Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudlail berkata,_
_“Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata,_
_“Inna lillah wa inna ilaihi raji’un.”_
_Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudlail. Lantas Fudlail berkata,_
_“Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya._
_Jadi pada Allah-swt-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah swt, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.”_ (Fudlail ini dalam Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam, 2: 383)
Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur. Seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan bagaimanakah amal kita selama hidup ini?
Di Balik Menunggu Pergantian Tahun
Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, semoga yang berhati lembut bisa sadar bahwa waktu itu begitu berharga walau 1 detik saja. Namun coba lihatlah perayaan tahun baru yang dirayakan sebagian kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri.
Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena lebih membela menunggu pergantian tahun. Kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta. Seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur. Yang mesti dipikirkan adalah umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal shalih yang harus kita tingkatkan. Inilah yang lebih urgent/penting.
Kalau kita yakin umur kita berkurang, waktu ajal kita semakin dekat, lantas apa gunanya merayakan [?]
Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan di antaranya:
1- Merayakan perayaan non-muslim karena perayaan ini tidak pernah ada dalam Islam.
2- Mengikuti budaya orang kafir.
3- Berbagai maksiat dan bid’ah yang muncul saat perayaan tahun baru.
4- Meremehkan shalat lima waktu karena sibuk begadang.
5- Begadang untuk menunggu pergantian tahun pun sia-sia.
6- Seringnya mengganggu kaum muslim dengan petasan dan semacamnya.
7- Meniru perbuatan setan dengan bersikap boros.
Semoga menjadi nasehat berharga bagi kita semua.
Wal-'Llahu Waliyyut-Taufiq. Hanya Allah swt yang memberi taufik dan hidayah.
Komentar
Posting Komentar